Monday 27 July 2020

Tongkat dan selop Pangeran Diponegoro


Pangeran Diponegoro menggunakan tongkat ketika ia pergi berziarah ke tempat-tempat suci di Jawa - terutama di Yogyakarta.  Ini juga member arti bahwa  tongkat adalah sesuatu yang sakral.  Ada kekuatan tersembunyi di dalamnya . Ternyata memakai tongkat adalah sunnah para nabi, auliya Allah. Imam syafii saat ditanya kenapa bertongkat padahal  beliau kuat dan masih muda..

“Karena aku musafir di dunia ini, tujuanku akhirat. Orang yang bertongkat akat mengingatkan dirinya untuk tidak bermaksiat. Membuat dirinya focus kepada tujuan.”

  Diponegoro (1785-1855) juga lebih dari sekadar pangeran.  Dia terukir dalam ingatan Indonesia sebagai pahlawan pertama dan terbesar dari pertempuran melawan kolonial Belanda.  Pangeran Diponegoro adalah perjalanan perjuangan kemerdekaan yang  berakhir di sel di bawah balai kota tua Batavia tempat sang pangeran ditahan untuk kemudian diasingkan di Menado dan kemudian Makassar.

Dalam lukisan penangkapan sang pangeran karya  Pieneman dan Raden Saleh , terlihat jelas  Diponegoro diundang ke pertemuan, dan dia datang  dengan perasaan  aman tanpa membawa pengawal dan senjata,  padahal  Belanda  membawa banyak tentara  yang  ingin menangkapnya.


Belanda adalah Negara kecil, dia tidak punya banyak tentara. Sehingga dengan uang dan kelihainnya berdiplomasi dia akan mencari keuntungan untuk dirinya. Mereka tidak berani menyerang jika tidak ada orang dalam. Mereka selalu mengirimkan juru runding, mata-mata dan siapa saja yang bisa dibeli. Salah satunya adalah Danurejo IV. Seorang kepercayaan pangeran Diponegoro sendiri. Sebagai patih yang dipercaya Diponegoro namun tidak dipercaya oleh kraton dia perlu backup, tetapi sang pangeran diponegoro selalu ada di luar keraton maka otomatis dia tidak  ada teman. Akhirnya  dia meminta Belanda sebagai kawan dan kongsinya,  jiwanya dijual habis kepada Belanda. Kemudian peristiwa “Babad Kedung Kebo” terjadi. Dirinya diadili karena membuat keputusan besar tanpa konsultasi dulu dengan sang Pangeran. Dia mengganti para petugas pajak dan pejabat penegak hukum sesuai selera dirinya sendiri, namun mengelak bahwa itu bukan perbuatan dia. Pangeran marah dan langsung menghampirinya terus memukulkan selop yang dia pakai ke kepala sang patih. PLAK!!

 

Sebuah dendam yang telah bersemi dihatinya  membuatnya bertekad menghancurkan sang Pangeran Jawadan  berhasil mengantarkan Diponegoro ke pengasingan.

 

 

Kembalinya tongkat Diponegoro

 

Dua keturunan Gubernur Jenderal Jean Chrétien Baud telah menyerahkan kembali  tongkat 1,40 meter ke Indonesia beberapa tahun silam.   Gubernur Jenderal telah membawa benda itu ke Belanda 185 tahun yang lalu, di mana keluarga perlahan-lahan lupa benda apa itu sebenarnya.  Erika dan Michiel Baud membawa tongkat kembali.

Tongkat itu  berasal dari warisan leluhurnya Jean Chrétien Baud.  Pada bulan Juli 1834, sebagai gubernur jenderal awal Hindia Belanda,  diberikan  oleh mantan anggota Diponegoro, tongkat kayu sepanjang 1,40 meter dengan perlengkapan perak dan pisau berbentuk cakram besi tempa. 

Awalnya tongkat bukan milik sang pangeran, tetapi untuk para sultan Demak, dan dengan demikian jauh lebih tua.  Pangeran Diponegoro mendapatkannya dari orang Jawa biasa.  Dia selalu membawa tongkat ketika dia naik haji untuk meminta restu dari Yang Mahatinggi .

 Tongkat berasal dari rumah keluarga, yang benar-benar diingat oleh Erica Baud.  Dia dan saudara-saudaranya tidak ingat di mana tongkatnya atau selama bertahun-tahun.

 

 "Kami benar-benar terkejut.  Ini bukan barang rampasan, ini hadiah, kata Stevens segera.  Kami juga mencari catatan dari Jean Chrétien Baud.  Tetapi tidak ditemukan.  Ketika tongkat di bawah lampu neon yang kuat dari Rijksmuseum, seseorang tiba-tiba bertanya: apa yang tertulis di sana?

 Kami semua condong ke depan.  Ternyata ada kertas peninggalan kakek tertempel di tutup kayu bilah.  Itu telah berubah benar-benar cokelat selama bertahun-tahun.  Kami mencoba menguraikannya.  Itu tidak cukup berhasil, tetapi apa yang bisa kita baca meyakinkan kita bahwa ini adalah tongkat yang dituju. "

 

 Di meja Erica Baud ada tumpukan buku tentang bekas koloni itu.  Semua dibeli selama bertahun-tahun.  Bagaimanapun,  Indonesia selalu bagian dari kisah keluarga.  Dia menunjukkan potret leluhurnya, yang dilukis oleh pelukis Jawa Raden Saleh, yang terkenal di Belanda dan Jerman pada saat itu.  "Pria yang tidak menarik," katanya.  "Tentu saja kamu juga ingin dia menjadi pria yang tidak terlalu jahat.  Apa yang telah ditulis tentang dia menunjukkan bahwa, meskipun seorang penguasa kolonial, dia menaruh banyak perhatian pada budaya dan adat Jawa. 

Di Belanda ia menjadi Menteri Koloni dan kemudian ia mendirikan Institut Kerajaan untuk Bahasa, Tanah dan Etnologi.  Sebuah potret keluarga yang dilukis oleh Raden Saleh sekarang tergantung di sana. "

 

 Tak satu pun dari keturunan Jean Chrétien Baud  tertarik pergi Indonesia.  Meskipun ayah Erica Baud masuk   wajib militer pada tahun 1949, itu dibatalkan karena sakit.  Erica Baud sendiri bekerja dengan kelompok-kelompok gamelan Belanda, tetapi baru sekarang dia "dalam perjalanan ziarah kami" mengunjungi tempat-tempat di mana leluhurnya pernah memerintah dan di mana seorang anak yang lahir mati dimakamkan.

 

 "Orang sering bertanya kepada saya apa yang saya punya tentang  Indonesia.  Sekarang saya bisa memberi tahu mereka tentang kakek buyut buyut buyut saya dan tongkat Diponegoro. "

Saat ini banyak peninggalan dan harta karun milik bangsa Indonesia yang dibawa ke luar negeri sebagai barang antik, hadiah atau barang rampasan. Yang nilainya saat diperjualbelikan pasti sangat mahal. Kita bisa melihatnya di internet.  Dan semua itu harus milik Indonesia,  Belanda harus mengembalikan semua harta kerajaan yang diambil atau dicuri dari Indonesia.  Tongkat dan keris sang pangeran sudah  ditemukan dan dikembalikan ke Indonesia, andai selopnya bisa ditemukan akan lebih lengkap peninggalannya.

 

 

SUMBER

JAVAPOST.NL

Thursday 23 July 2020

covid19 jakarta



Wabah covid19 masih akan terjadi sampai tahun2021, itu pasti. Makan dan bekerja itu harus. Diam dirumah saja sudah jelas akan kelaparan. Kerja diluar rumah mungkin terkena virus dan akhirnya positif covid19. Itu adalah pilihan nyata yang harus diambil oleh semua penduduk Indonesia dan dunia.

Operasi patuh jaya dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk membuat masyarakat patuh selain berlalu lintas juga menggunakan masker. Kejahatan mulai marak oleh mereka yang terkena dampak tidak langsung covid19. Pemutusan hubungan kerja, bangkrut dan biaya hidup yang semakin menekan.

Membuat kekerasan dan pembunuhan di keluarga semakin parah,

Vaksin dari cina sudah datang, namun belum jadi. Karena harus menjalani uji lab pase 3. Pase ini minimal harus 6 bulan dijalani. Tidak bisa ditawar. Selain itu vaksin ini adalah virus yang dilemahkan, sehingga tidak boleh diberikan kepada yang positif covid19. Jika diberikan maka akibatnya akan fatal. Kematian akan datang lebih cepat kepada yang positif.

Coordinator lapangan tim uji klinis, eddy Fadlyana menjelaskan vaksin Sinovac memiliki tingkat keamanan yang cukup tinggi. Karena di Cina vaksin diberikan kepada para pasien diare, radang paru-pasru dan semua penyakit yang tidak berhubungan dengan covid19.

Tapi kemudian dia menjelaskan vaksin sinovac terbuat dari virus yang dimatikan tapi punya daya untuk antibodi, sehingga kalau diberikan kepada pasien covid kondisi berat tidak apa-apa.

Orang aneh. Baru kayaknya.


Satu kenyataan yang disadari oleh masyarakat tentang virus ini adalah bahwa virus ini bisa sembuh sendiri. Orang yang positif belum tentu akan langsung mati. Namun virus ini sangat berbahaya bagi mereka yang rentan, yang sepuh dan yang mempunyai riwayat penyakit kronis.

Ini berarti tidak seperti di film-film zombie yang membuat mereka yang tertular mendadak beringas dan menakutkan. Dan hal inilah yang membuat semuanya merasa saatnya kembali ke normal. Toh ketika kamu positif, cukup dengan isolasi mandiri dan beristirahat dirumah akan sembuh.

Pikiran yang benar namun sesuai kenyataan. Hanya diperlukan kehati-hatian untuk tidak menyebarkan ke orang lain, terutama mereka yang rentan. Dana karena iitu semua harus kembali bekerja, dengan protocol kesehatan tentunya.

Cukup .

Fase adaptasi kebiasaan baru sudah dimulai. Bisnis sudah harus jalan. Sektor transpostasi  harus mulai meningkatkan kualitas dan efisiensi layanannya. Otomatisasi seperti satu tiket untuk beberapa alat transportasi sudah harus dimulai. Saat ini para pedagang sayuran sudah tidak pernah lagi merasakan nikmatnya kereta api akibat peraturan barang bawaan penumpang. Mereka  sudah pasti teringkir dan membiayai hidup dan berusaha tanpa bantuan dari pemerintah. Hidup dan matinya mereka hanya diri sendiri yang menetukan.

Keliling dengan baju lusuh dan handuk dileher, sekarang ditambah masker yang kadang membuat sulit bernafas. Semua harus dilakukan. Mati dirumah atau mati diajalan. Ojek online yang bergerombol di jalanan. Dan masih banyak lagi.

Kenyataanny yang ditemukan dilapangan justru mendukung keputusan untuk tetap mengutamakan ekonomi. Menurut hasil survey ditemukan 38% pasien positif covid berasal dari komunitas termasuk disini hobi, ibadah, pengajian dan olahraga. 45,2%  rumah sakit, 4,1 dari perkantoran, 5,8 buruh, 6,8 pasar.

Artinya jelas ekonomi harus jalan. Karena ternyata dari kantor dan pasar tidak sampai 20%. Sudah saatnya kebijakan lebih berani dan terfokus.  Hilangkan itu CFD, Corona Free Day. Awasi dan waspadai kerumunan orang di mesjid, perketat aturan shaf dan masker, karena selama ini yang saya temukan masih  banyak  penggunaan masker di tempat ibadah dan pengajian sudah tidak disiplin lagi. Masker di dagu dan sudah jarang yang menggunakan masker. Semua terlihat percaya diri tanpa masker. Tidak ada yang berani menegur bahkan sang ustad sekalipun.

Covid masih panjang, dan kita sudah tidak waspada lagi. Sang gubernur Jakarta malah bangga dengan torehan tambahan positif yang menjadi rekor nomor satu se Indonesia  kemarin. Sudah tidak bisa diharapkan lagi memang orang itu. Kemarin saja disuruh bagikan bansos ke warganya menyerah dan akhirnya diambil alih oleh pusat  semua urusan bansos sampai bulan desember tahun ini.

 Sekarang hanya kita sendiri yang bisa mencegah jangan sampai kena, berusaha dengan displin. Patuhi protokol kesehatan. Kerja lagi , usaha lagi. Semoga allah bersama kita.

 

The secret of change is to focus all of your energy not on fighting the old, but building the new. (Socrates)

 

Saturday 18 July 2020

Bagaimana kopi susu menghancurkan gigiku satu persatu

ngopi dulu setelah menempuh perjalanan jauh


Sebagai surveyor hidup saya sehari-harinya ada di jalanan, ke kantor hanya saat pelaporan dan briefing. Banyak bertemu orang baru dan kenalan baru.  Dalam lingkungan kerja saya, ada satu laki-laki bujangan, umur  sekitar 48 tahun. Hitam kulitnya akibat sinar matahari Jakarta. Tidak bisa naik motor dan kemana-mana naik angkutan umum atau jalan kaki. Menempuh sekilo dua kilometer adalah hal rutin yang biasa dia lakukan. Merokok dan ngopi adalah kesenangannya. Lebih baik tidak makan daripada tidak merokok, alasannya dengan merokok bisa tahan lapar sampai sore. Kopi hitam adalah menu utamanya setiap pagi. Gigi atasnya sudah habis, sehingga mirip bayi. Namanya Supriyono, tetapi kami memanggilnya Metic. Karena mengingatkan kami dengan  sepeda motor  matic yang saat ini sedang trends. Sepeda motor tanpa gigi.

Tidak pernah terpikir dalam hidup saya bahwa saya akan menjadi ompomg seperti Metic.  Karena minum kopi susu adalah minuman favorit saya sejak kelas 2 SMA. Minuman penambah energi di saat malam, membuat otak terang dan semangat belajar. Jika sekarang lebih banyak yang sachetan, maka di masa sekolah saya kopi susu itu dibuat secara manual, kopi bubuk dicampur gula pasir dan ditambah susu kental manis. Makin banyak susunya makin nikmat.

Saya merasa cukup rajin menggosok gigi. Dua kali sehari. Bangun tidur dan mau tidur malam. Dan saya rasa cukup mempertahankan kebersihan dan kekuatan gigi. Walaupun beberapa geraham mulai bolong, namun semuanya berhasil ditambal di dokter gigi. Sampai suatu ketika saya ikut dalam suatu kegiatan di hotel di puncak Bogor, yang mengharuskan saya menginap selama 5 hari disana.
Kegiatan pelatihan yang dimulai dari pukul 08.00 pagi ini berlangsung kontinyu sampai pukul 20,00 malam. Melelahkan dan bikin kantuk pastinya. Dan salah satu cara menghilangkan kantuk itu saya minum kopi susu. Pagi jam 06.00 sarapan dan minum kopi susu  sambil menunggu dimulainya pelatihan. Jam  10.00 istirahat sambil minum kopi susu agar semangat. Jam 12 siang saat makan siang, biasanya selain air putih saya mengambil secangkir kopi susu untuk menikmati suasana istirahat siang. Kemudian jam 15.00 saat isoma ambil lagi kopi susu agar mata melek. Kemudian jam 18.00 minum kopi susu setelah makan dan shalat magrib. Terakhir  sambil bercengkrama menunggu kantuk datang jam 22.00 satu cangkir. Total sehari jadinya 6 cangkir kopi susu . Dan itu terjadi selama 5 hari, akibatnya di hari terakhir  satu  gigi atas saya copot, tanpa rasa sakit. Just like that. Pluk..
Pulang pelatihan kebiasaan minum kopi susunya berjalan seperti biasa, pagi, sore dan malam. Tiga kali sehari.  Namun mulai terasa aneh pada gigi saya. Kadang gigi terasa empuk , kekerasan gigi mulai hilang. Beberapa terasa goyang. Dan akhirnya copot satu persatu. Tanpa rasa sakit copotnya.
Geramah mulai pecah dan makan mulai ribet. Setelah ke dokter diberitahu bahwa beberapa gigi sudah hancur. Tidak bisa ditambal. Pecah karena gula. Dan disuruh untuk mengurangi panas dan manis. Jauhi kopi susu, gulanya jahat ke gigi katanya. Bikin hancur gigi tegasnya.

Namun namanya kopi susu sudah terlanjur jadi kebiasaan, sehari dua hari bisa berhenti. Namun setelah berjalan beberapa hari ketika merasa gigi mulai kuat lagi dan terpaksa harus begadang dalam melaksanakan pekerjaan akhirnya  ngopi lagi.  Niatnya untuk melawan kantuk dan menambah energi kerja.  Akhirnya kembali ke normal, ngopi lagi. Ternyata susah untuk merubah kebiasaan.

Empat bulan kemudian ikut training lagi di hotel, menginap juga. Dan kebiasaan lama saat dihotel kembali dilakukan. Ngopi di setiap ada kesempatan. Akhirnya di hari terakhir copot lagi satu gigi saya.

Pulang langsung ke dokter dan diomelin, terus dikasih antibiotic dan vitamin.  Waktu berjalan dan saya tenggelam dalam kesibukan dunia kerja, jika terasa sakit gigi saya akan langsung membeli antibiotic dan obat penghilang rasa sakit. Hanya  decolgen dan amoxilin. Sudah tidak berani lagi ke dokter. Ketika satu demi satu gigi terlepas saya sudah tidak terlalu peduli , karena kesibukan saya yang menyita waktu. Dan  kemarin pas berkaca, alangkah kagetnya saya. Ternyata saya ompong. Gigi atas tinggal dua. Gigi geraham bawahnya habis di kiri dan kanan. Hanya tersisa pecahan-pecahan kecil gigi. Rusak parah.

Pantesan kalo makan kacang goreng, itu kacang cuman muter saja di mulut. Sudah sulit untuk menggigitnya. Padahal kacang termasuk makanan paling enak sedunia.  Sekarang saya jadi sering minum air putih saat makan berat, untuk membantu menelan makanan yang tidak bisa dihancurkan. Ternyata sedih juga tidak bergigi itu. Makan kerupuk susah, gigit mangga muda apalagi.

 Ternyata kopi susu sangat jahat pada gigi, saya tidak pernah berfikiran separah itu efeknya. Jika mau diuraikan efeknya sebagai berikut: warna gigi  jadi coklat. Putihnya gigi hilang, gantengnya berkurang drastic, walaupun pakai pemutih gigi. Menurut Victoria Veystman dari New York citys Cosmetik Dental studio, asam itu dari senyawa Tanin yang ada di kopi menyebabkan gigi rusak. Asam ini akan dengan mudah menempel di gigi. Dan kalo sudah nempel maka enamel gigi jadi lunak dan kasar  dan ini yang terjadi pada gigi saya.

Enamel itu adalah lapisan paling luar gigi yang berfungsi menjaga kekuatan gigi. Jadi kalau ini rusak maka siap-siap gigi rontok. Mangkanya geraham saya akhirnya hancur, patah dan pecah berserakan tanpa bisa ditambal ataupun diperbaiki lagi. Dokter cuman bisa menganjurkan  cabut saja, tapi nanti kalo Covid19 sudah lewat. Selain itu dokter juga menyarankan jika  tidak bisa menghilangkan kebiasaan  ngopi  sebaiknya  minum kopinya pakai sedotan, sehingga kopinya bisa langsung masuk tanpa menyentuh gigi. Bener juga ya. Tapi masalahnya saya paling tidak suka pakai sedotan, apalagi sekarang lagi kampanye untuk tidak memakai sedotan plastik.

Menurut Google sebetulnya bukan kopinya  yang bikin rusak gigi, tapi gula dan susu krimernya  yang mempercepat pertumbuhan bakteri di gigi, keduanya itulah makanan utama  bakteri di gigi. Apalagi jika tidak menggosok gigi di malam hari. Maka akan semakin cepat dan besar kerusakan gigi.
Apapun itu sekarang saya mulai mengumpulkan uang buat pasang gigi palsu, malu kalo tersenyum atau bicara.  Untungnya  saat ini kemana-mana pakai masker, sehingga tidak kelihatan ompongnya.
Usaha saya sekarang adalah mencoba mempertahankan gigi-gigi yang tersisa dengan sikat gigi yang benar dan banyak minnum air putih. Ngopi susu tetap dilakukan, namun dengan protokol kesehatan pastinya (maksudnya sambil minum air putih).  Kalau dipikir-pikir ini mungkin kualat dari ngebulli Metic. Entahlah.

Akhir-akhir ini saya sering memperhatikan para juru parkir dan polisi cepek, ternyata giginya banyak yang ompong juga. Di dekat pertigaan cengkareng perempuan yang jadi pak ogah, gigi atasnya habis. Dan entah dimana lagi, saya lupa.  Kampanye kesehatan gigi saya rasa perlu juga digalakan. Agar kami orang-orang kecil jangan ngopi terus. Setidaknya sekedar mengingatkan.


 Sumber hellosehat.com