Membangun rumah di kota Banjarmasin sangat berbeda dengan kota-kota besar lain di Indonesia.
Karena kota ini ada di seribu sungai, maka kota ini lebih banyak terdiri dari air. Tanah yang kering dan keras sangat sulit dijumpai di kota ini. Karena itu wajar jika membangun sebuah rumah dikota ini bisa dikatakan lebih sulit dari kota-kota lain di Indonesia , khususnya di pulau Jawa.
Letak kota ini ternyata 0,6 meter dibawah permukaan laut. Sehingga wajar jika melihat air tergenang dimana-mana. Wajar jika melihat kanan dan kiri kita semua rawa. Namun anehnya kota Banjarmasin tidak pernah ada berita banjir, itulah hebatnya orang Banjar.
Lalu bagaimana mereka membangun rumah sebagai tempat tinggal mereka?
Berapa banyak urugan yang diperlukan untuk membangun rumah di kota ini? Saya rasa berapapun banyaknya tetap kurang. Karena orang Banjar menggunakan kayu galam.
Saya pernah berfikir:
“apakah pancangan galam di Kota Banjarmasin harus sampai tanah keras?” Ternyata
Jawabnya: “tidak, karena sifat lempung di tanah rawa Kota Banjarmasin memiliki
daya kohesi (daya rekat) horisontal yang mampu menahan kayu galam tidak melesak
ke dalam”. Selain itu kayu galam pun memiliki daya serap yang cocok dengan
tanah lempung di rawa tersebut.
Ternyata tiang
pancang pondasi rumah rakyat menggunakan galam pada bagian bawahnya (sub structure) kemudian bertumpu di
atasnya kayu ulin dengan konsep kalang sunduk. Kayu galam harmonis dengan
rawanya sehingga tahan lama hingga puluhan tahun.
Namun umumnya mereka sering menyebutkan rumah orang Banjar
pakai pondasi ulin, padahal galam tidak kalah pentingnya. Maklum ulin yang
terlihat galam yang tenggelam. Jadi, urang bahari itu
pintar-pintar. Mereka tidak sekolah tapi mampu memahami alam dengan
baik.
wah mantap nih artikelnya.. pian asli urang banjar kah...? klo boleh tw pian ada hitungannya lah yang daya rekat (horisontal)>>> trims....
ReplyDeletewow di banjar udah ada
ReplyDelete