Saturday, 18 July 2020

Bagaimana kopi susu menghancurkan gigiku satu persatu

ngopi dulu setelah menempuh perjalanan jauh


Sebagai surveyor hidup saya sehari-harinya ada di jalanan, ke kantor hanya saat pelaporan dan briefing. Banyak bertemu orang baru dan kenalan baru.  Dalam lingkungan kerja saya, ada satu laki-laki bujangan, umur  sekitar 48 tahun. Hitam kulitnya akibat sinar matahari Jakarta. Tidak bisa naik motor dan kemana-mana naik angkutan umum atau jalan kaki. Menempuh sekilo dua kilometer adalah hal rutin yang biasa dia lakukan. Merokok dan ngopi adalah kesenangannya. Lebih baik tidak makan daripada tidak merokok, alasannya dengan merokok bisa tahan lapar sampai sore. Kopi hitam adalah menu utamanya setiap pagi. Gigi atasnya sudah habis, sehingga mirip bayi. Namanya Supriyono, tetapi kami memanggilnya Metic. Karena mengingatkan kami dengan  sepeda motor  matic yang saat ini sedang trends. Sepeda motor tanpa gigi.

Tidak pernah terpikir dalam hidup saya bahwa saya akan menjadi ompomg seperti Metic.  Karena minum kopi susu adalah minuman favorit saya sejak kelas 2 SMA. Minuman penambah energi di saat malam, membuat otak terang dan semangat belajar. Jika sekarang lebih banyak yang sachetan, maka di masa sekolah saya kopi susu itu dibuat secara manual, kopi bubuk dicampur gula pasir dan ditambah susu kental manis. Makin banyak susunya makin nikmat.

Saya merasa cukup rajin menggosok gigi. Dua kali sehari. Bangun tidur dan mau tidur malam. Dan saya rasa cukup mempertahankan kebersihan dan kekuatan gigi. Walaupun beberapa geraham mulai bolong, namun semuanya berhasil ditambal di dokter gigi. Sampai suatu ketika saya ikut dalam suatu kegiatan di hotel di puncak Bogor, yang mengharuskan saya menginap selama 5 hari disana.
Kegiatan pelatihan yang dimulai dari pukul 08.00 pagi ini berlangsung kontinyu sampai pukul 20,00 malam. Melelahkan dan bikin kantuk pastinya. Dan salah satu cara menghilangkan kantuk itu saya minum kopi susu. Pagi jam 06.00 sarapan dan minum kopi susu  sambil menunggu dimulainya pelatihan. Jam  10.00 istirahat sambil minum kopi susu agar semangat. Jam 12 siang saat makan siang, biasanya selain air putih saya mengambil secangkir kopi susu untuk menikmati suasana istirahat siang. Kemudian jam 15.00 saat isoma ambil lagi kopi susu agar mata melek. Kemudian jam 18.00 minum kopi susu setelah makan dan shalat magrib. Terakhir  sambil bercengkrama menunggu kantuk datang jam 22.00 satu cangkir. Total sehari jadinya 6 cangkir kopi susu . Dan itu terjadi selama 5 hari, akibatnya di hari terakhir  satu  gigi atas saya copot, tanpa rasa sakit. Just like that. Pluk..
Pulang pelatihan kebiasaan minum kopi susunya berjalan seperti biasa, pagi, sore dan malam. Tiga kali sehari.  Namun mulai terasa aneh pada gigi saya. Kadang gigi terasa empuk , kekerasan gigi mulai hilang. Beberapa terasa goyang. Dan akhirnya copot satu persatu. Tanpa rasa sakit copotnya.
Geramah mulai pecah dan makan mulai ribet. Setelah ke dokter diberitahu bahwa beberapa gigi sudah hancur. Tidak bisa ditambal. Pecah karena gula. Dan disuruh untuk mengurangi panas dan manis. Jauhi kopi susu, gulanya jahat ke gigi katanya. Bikin hancur gigi tegasnya.

Namun namanya kopi susu sudah terlanjur jadi kebiasaan, sehari dua hari bisa berhenti. Namun setelah berjalan beberapa hari ketika merasa gigi mulai kuat lagi dan terpaksa harus begadang dalam melaksanakan pekerjaan akhirnya  ngopi lagi.  Niatnya untuk melawan kantuk dan menambah energi kerja.  Akhirnya kembali ke normal, ngopi lagi. Ternyata susah untuk merubah kebiasaan.

Empat bulan kemudian ikut training lagi di hotel, menginap juga. Dan kebiasaan lama saat dihotel kembali dilakukan. Ngopi di setiap ada kesempatan. Akhirnya di hari terakhir copot lagi satu gigi saya.

Pulang langsung ke dokter dan diomelin, terus dikasih antibiotic dan vitamin.  Waktu berjalan dan saya tenggelam dalam kesibukan dunia kerja, jika terasa sakit gigi saya akan langsung membeli antibiotic dan obat penghilang rasa sakit. Hanya  decolgen dan amoxilin. Sudah tidak berani lagi ke dokter. Ketika satu demi satu gigi terlepas saya sudah tidak terlalu peduli , karena kesibukan saya yang menyita waktu. Dan  kemarin pas berkaca, alangkah kagetnya saya. Ternyata saya ompong. Gigi atas tinggal dua. Gigi geraham bawahnya habis di kiri dan kanan. Hanya tersisa pecahan-pecahan kecil gigi. Rusak parah.

Pantesan kalo makan kacang goreng, itu kacang cuman muter saja di mulut. Sudah sulit untuk menggigitnya. Padahal kacang termasuk makanan paling enak sedunia.  Sekarang saya jadi sering minum air putih saat makan berat, untuk membantu menelan makanan yang tidak bisa dihancurkan. Ternyata sedih juga tidak bergigi itu. Makan kerupuk susah, gigit mangga muda apalagi.

 Ternyata kopi susu sangat jahat pada gigi, saya tidak pernah berfikiran separah itu efeknya. Jika mau diuraikan efeknya sebagai berikut: warna gigi  jadi coklat. Putihnya gigi hilang, gantengnya berkurang drastic, walaupun pakai pemutih gigi. Menurut Victoria Veystman dari New York citys Cosmetik Dental studio, asam itu dari senyawa Tanin yang ada di kopi menyebabkan gigi rusak. Asam ini akan dengan mudah menempel di gigi. Dan kalo sudah nempel maka enamel gigi jadi lunak dan kasar  dan ini yang terjadi pada gigi saya.

Enamel itu adalah lapisan paling luar gigi yang berfungsi menjaga kekuatan gigi. Jadi kalau ini rusak maka siap-siap gigi rontok. Mangkanya geraham saya akhirnya hancur, patah dan pecah berserakan tanpa bisa ditambal ataupun diperbaiki lagi. Dokter cuman bisa menganjurkan  cabut saja, tapi nanti kalo Covid19 sudah lewat. Selain itu dokter juga menyarankan jika  tidak bisa menghilangkan kebiasaan  ngopi  sebaiknya  minum kopinya pakai sedotan, sehingga kopinya bisa langsung masuk tanpa menyentuh gigi. Bener juga ya. Tapi masalahnya saya paling tidak suka pakai sedotan, apalagi sekarang lagi kampanye untuk tidak memakai sedotan plastik.

Menurut Google sebetulnya bukan kopinya  yang bikin rusak gigi, tapi gula dan susu krimernya  yang mempercepat pertumbuhan bakteri di gigi, keduanya itulah makanan utama  bakteri di gigi. Apalagi jika tidak menggosok gigi di malam hari. Maka akan semakin cepat dan besar kerusakan gigi.
Apapun itu sekarang saya mulai mengumpulkan uang buat pasang gigi palsu, malu kalo tersenyum atau bicara.  Untungnya  saat ini kemana-mana pakai masker, sehingga tidak kelihatan ompongnya.
Usaha saya sekarang adalah mencoba mempertahankan gigi-gigi yang tersisa dengan sikat gigi yang benar dan banyak minnum air putih. Ngopi susu tetap dilakukan, namun dengan protokol kesehatan pastinya (maksudnya sambil minum air putih).  Kalau dipikir-pikir ini mungkin kualat dari ngebulli Metic. Entahlah.

Akhir-akhir ini saya sering memperhatikan para juru parkir dan polisi cepek, ternyata giginya banyak yang ompong juga. Di dekat pertigaan cengkareng perempuan yang jadi pak ogah, gigi atasnya habis. Dan entah dimana lagi, saya lupa.  Kampanye kesehatan gigi saya rasa perlu juga digalakan. Agar kami orang-orang kecil jangan ngopi terus. Setidaknya sekedar mengingatkan.


 Sumber hellosehat.com

No comments:

Post a Comment