Friday, 14 August 2020

Mengapa orang belanda masih membenci Sukarno


Sudah 75 tahun Indonesia merdeka, namun ternyata luka akibat kemerdekaan Indonesia masih terasa di hati orang-orang Belanda. Hal ini baru saya ketahui setelah membaca beberapa tulisan di Javapost.nl.

 

Di Belanda, Soekarno, nama presiden pertama Indonesia masih memancing amarah dan kebencian bagi para warga Belanda.  Menurut sejarawan, ini dimotivasi oleh permusuhan dan disinformasi yang diterima orang belanda di sana.

Awalnya adalah Huib van Mook seorang  administrator kolonial Belanda tertinggi pernah berbicara kepada penduduk nusantara dalam siaran radio dari Australia pada 16 Agustus 1945 tentang menyerahnya  tentara Jepang tanggal 15 Austus 1945.

Van Mook yakin dan dengan gembira mengabarkan bahwa otoritas kolonial Belanda akan segera melanjutkan tugasnya. “ Tentunya ada kesulitan yang harus diatasi, tetapi mengapa harus murung di saat-saat kegembiraan yang belum pernah terjadi sebelumnya?  "Kami akan memulai sesuatu yang baru," katanya dengan percaya diri.

Van Mook dan orang-orang Belanda lainnya di luar Indonesia tidak tahu persis seperti apa situasi yang sebenarnya terjadi.  Setelah rezim kolonial sepenuhnya dikuasai oleh Jepang pada bulan Maret 1942, sebagian dari elit Belanda melarikan diri ke Australia.  Dari sini, upaya terus menerus dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kondisi di Jawa dan pulau-pulau lain, tetapi ini hampir tidak berhasil.  Siaran radio dari Indonesia tidak lengkap, surat kabar dan barang cetakan lainnya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Sedikit informasi yang tersedia memberikan gambaran yang menyimpang, misalnya, seorang perwira pengungsi KNIL mengatakan bahwa sebagian besar orang Indonesia mendukung pemerintah kolonial Belanda.  Van Mook dan rekan-rekannya  senang mendengarnya.

Dilaporkan juga bahwa beberapa intelektual Indonesia telah terlibat dengan Jepang - terutama Sukarno yang nasionalis.  Informasi ini benar, tetapi pernyataan informasi lebih lanjut bahwa Sukarno sedikit dicintai bahkan dibenci oleh penduduk Jawa tidak terlalu akurat.  Antara fakta atau fiksi, Belanda harus memutuskan dengan potongan informasi ini.

Beberapa hari setelah pengumuman di radionya, Van Mook menerima surat kabar.  Isinya teks yang diucapkan Sukarno pada 17 Agustus 1945, memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

 "Tangisan putus asa terakhir dari orang yang tersesat," tulis Van Mook di pinggir dokumen.  Itu adalah perkiraan dia dan banyak orang-orang Belanda lainnya yang tidak bisa membayangkan bahwa bahwa bangsa Indonesia bisa berdiri sendiri, bahwa Republik Indonesia sudah lahir   adalah sebuah fakta.

Pada pertengahan September, muncul laporan di surat kabar Belanda tentang situasi kacau di Jawa.  Suasana gelisah.  Teroris Indonesia akan mengumpulkan senjata.  Terjadi kerusuhan di Batavia.  Jurnalis ANP Robert Kiek menulis tentang kamp-kamp tempat orang-orang Belanda ditahan di bawah kondisi yang keras selama pendudukan Jepang.  De Volkskrant dan Trouw melaporkan bahwa ribuan wanita dan anak-anak Belanda yang kurus masih tinggal di kamp-kamp semacam itu.  Kiek juga menyebut bendera merah putih yang digantung di gedung dan slogan di dinding untuk merayakan kemerdekaan Indonesia.

 

 Pada bulan Oktober 1945, laporan anarki di Jawa dan kekerasan mematikan di Surabaya menyusul.  Pengikut Sukarno dikatakan telah mengambil alih kekuasaan di kota itu dan di Bandung dan menyandera "wanita Eropa" di kamp-kamp.  Fakta bahwa Sukarno mengistirahatkan orang Indonesia di radio tidak akan memberi kesan apa-apa bagi kebanyakan orang Belanda.

Beberapa surat kabar memberitakan bahwa Presiden Indonesia mengaku bekerja sama dengan Jepang.  Pada 4 Desember, de Volkskrant mencetak foto Sukarno, dengan judul: "Mulut brutal Hitler, rahang Mussolini dan cara-cara panglima perang Jepang."

Sejarawan Peter Romijn menjelaskan dalam bukunya The Long Second World War bahwa Belanda berada dalam pengaruh benar dan salah pada bulan-bulan pertama pasca perang.  .  Dari pengalaman pendudukan Jerman, Belanda memperoleh citra diri nasional yang diperbarui, dengan kewarganegaraan yang baik dan penghormatan terhadap kebebasan dan keadilan sebagai norma yang paling penting.

  "Kelompok-kelompok yang mengancam persatuan yang baru ditemukan ini harus tidak dipercaya dan diperangi," kata Romijn.  Kaum nasionalis Indonesia dipandang sebagai ancaman bagi pemeliharaan kerajaan kolonial, dan dengan demikian juga dicap sebagai musuh. "

Bagi Belanda, Jepang adalah musuh yang sama dengan Jerman, Indonesia dipandang masih sebagai wilayah Belanda dan Sukarno dimasukan sebagai salah satu kolaboraoir Jepang. Oleh karena itu, pemerintah Belanda menolak untuk bernegosiasi dengannya pada bulan-bulan pertama setelah penyerahan Jepang: “ Tidak ada bisnis yang bisa dilakukan dengan pengkhianat”. Katanya.

Citra Sukarno sebagai kolaborator bergema selama beberapa decade.  Pertama-tama dalam historiografi.  Misalnya, dalam bagian 11B Kerajaan Belanda dalam Perang Dunia Kedua dari tahun 1985, Loe de Jong memutuskan bahwa "Sukarno" adalah kolaborator yang menjangkau jauh .  Dia dikritik karena penilaian itu oleh para pembaca ahli, tetapi masih berpegang pada pendapatnya sampai sekarang.

Dalam satu-satunya biografi pemimpin Indonesia berbahasa Belanda, sejak 1999, Lambert Giebels menyatakan bahwa tindakan Sukarno "di mata Sekutu hanya tampak seperti kolaborasi".  Penulis biografi melakukan sedikit usaha untuk benar-benar menyesuaikan pandangan itu.  Jan Blokker tidak menyembunyikan kekecewaannya dalam ulasan Volkskrant.  "Giebels tidak terlalu peduli," pungkasnya.  Profesor sejarah kolonial Remco Raben juga mengulas biografinya.  "Giebels memandang Soekarno dalam istilah yang sangat Belanda," kata Raben.  “Itu tidak mengherankan, dia hanya mengandalkan sumber-sumber Belanda.” Perspektif Belanda juga tercermin dalam dokumen-dokumen lain - dari laporan pemerintah hingga ingatan pribadi.

 

 Misalnya, dalam surat dan diari tentara Belanda yang bertempur di Indonesia antara tahun 1945 sampai 1950, pemimpin Indonesia sering disebut sebagai kolaborator.  Selain itu, orang Indonesia terus-menerus digambarkan sebagai teroris, sebutan yang menurut sejarah profesor hubungan internasional Beatrice de Graaf, juga digunakan secara antusias oleh politisi dan jurnalis selama periode ini.  "Hal yang sama terjadi dalam laporan dari angkatan bersenjata.  Itu benar-benar istilah yang umum, "kata De Graaf.  Dari serial Our Boys on Java 2019 karya Coen Verbraak, di mana sejumlah veteran bercerita tentang pengalaman perang mereka, tampaknya penggunaan bahasa serupa masih sangat hidup.  Dan Soekarno dituduh lebih dari sekedar kolaborasi atau terorisme.

 

 Pada tahun 2018, Leo de Coninck, mantan direktur Yayasan Pelita untuk korban perang India, menulis bahwa Sukarno bertanggung jawab atas kematian seperempat juta rōmusha, pekerja yang dipekerjakan oleh Jepang dalam kondisi yang memprihatinkan selama Perang Dunia II.  Sejarawan Anne-Lot Hoek menulis di NRC tahun lalu bahwa para veteran yang dia ajak bicara masih marah ketika mereka mendengar nama Sukarno.  Mereka menyalahkan dia untuk "Bersiap", sebutan periode setelah proklamasi kemerdekaan di Belanda, di mana antara lain (Indo) Belanda dan Tionghoa sering dibunuh secara brutal oleh pemuda Indonesia.

 

Kicauan terbaru dari Federasi Hindia Belanda (FIN) menunjukkan bahwa mereka melontarkan tudingan serupa kepada Soekarno.  Kebencian yang diungkapkan dalam laporan-laporan ini sangat besar.  Sukarno baru-baru ini digambarkan sebagai penjahat, dengan garis hitam di depan matanya.

Sejarawan Indonesia Bonnie Triyana, yang bekerja untuk Rijksmuseum, bertanya-tanya dalam NRC tahun lalu mengapa Sukarno masih sangat dibenci di sini setelah sekian tahun.  Sebagian jawabannya, katanya, terletak pada kenyataan bahwa banyak orang Belanda masih bergumul dengan masa lalu kolonial.  Misalnya, dia berbicara dengan seorang pria sebelum pekerjaannya yang tiba-tiba memberi tahu dia bahwa Sukarno adalah seorang teroris.  "Dia telah membaca surat-surat tentara almarhum ayahnya dan menyimpulkannya dari mereka.  Saya kira banyak orang Belanda yang trauma, sebagian karena merasa terpaksa meninggalkan Indonesia.  Bagi mereka, Sukarno adalah personifikasi dari masa lalu yang menyakitkan dan penuh pahit.  Tetapi saya pikir personifikasi itu tidak dapat dibenarkan.  Citra Belanda tentang Sukarno telah terdistorsi oleh permusuhan dan disinformasi. "

Ethan Mark, yang mengkhususkan diri pada sejarah Asia modern dan berafiliasi dengan Universitas Leiden.  Ia berpendapat, siapa pun yang benar-benar ingin memahami Soekarno harus melihat dari sudut pandang Indonesia, semata-mata karena Soekarno bukan orang Belanda, melainkan orang Indonesia.  "Di negara-negara Eropa lainnya ada kontra narasi selain versi sejarah yang dominan," katanya.  “Itu yang dicanangkan oleh komunitas masyarakat adat dari bekas jajahan.  Di Prancis, misalnya, ini adalah Aljazair, di Inggris, India, dan Pakistan.  Dengan kontra narasi mereka memberikan perspektif mereka tentang masa lalu.  Itu bukan kisah sejarah yang dominan, tapi memang menyesuaikan.  Tetapi di belanda tidak ada cerita/narasi dari kedua belah pihak, dari versi Indonesia sangat jarang apalagi tentang sejarah Sukarno. Yang akibatnya  Orang Belanda zaman kolonial bebas menyebarkan cerita sejarah versi mereka, dan ini yang dominan.  Gagasan tentang masa lalu kolonial di Belanda tetap sangat sepihak dan hampir tidak berubah sampai sekarang. "

 

Mark juga mencatat bahwa pendudukan Jepang, terutama kekerasan setelah proklamasi kemerdekaan dan aksi militer Belanda antara tahun 1945 dan 1950, sering dipandang terpisah dari masa kolonial sebelumnya.  Dari perspektif Belanda, Sukarno segera menjadi penyebab banyak kerugian dan (Indo) Belanda sebagian besar adalah korban. 

 Ilmuwan politik Herman Burgers menjelaskan dalam De garoeda en de stork bahwa perlawanan terhadap kehadiran Belanda di kepulauan Indonesia selalu ada.  Selama tiga abad pertama, kelompok penduduk dan kerajaan yang berbeda terus-menerus menentang pemerintahan kolonial, yang setiap saat mengakibatkan kekerasan.  Tetapi pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya muncul gerakan yang kuat yang melihat semua orang asli nusantara sebagai satu bangsa, dan yang melihat hal ini salah satunya adalah Sukarno.

Soekarno lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya.  Ayahnya yang orang Jawa termasuk bangsawan rendah dan karena dia adalah seorang guru sekolah, dia memiliki akses ke pendidikan bahasa Belanda.  Soekarno berhasil menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah kemudian melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Teknik di kampung halamannya.  Selama masa studinya, dia tinggal dengan Omar Said Tjokroaminoto, seorang pemimpin penting dari gerakan nasionalis awal.  Itu adalah pengantar besar untuk nasionalisme Indonesia.  Tjokroaminoto adalah ketua Sarekat Islām, partai massa pertama di Indonesia, dan Sukarno suka dibawa ke rapat umum partai.  Pembicaraan di antara para intelektual dari berbagai pemotongan yang mengunjungi rumah nasionalis Tjokroaminoto juga menggugah kesadaran politiknya.

 Setelah lulus pada tahun 1926, Soekarno semakin aktif dalam gerakan nasionalis.  Selama waktu ini dia merumuskan sejumlah ide kunci yang akan memandu kehidupan politiknya selanjutnya.  Dalam artikel pertamanya untuk majalah Indonesia Muda, ia memaparkan sintesis antara nasionalisme, Islam, dan Marxisme.  Dengan ini ia menabur benih-benih filsafat negara Indonesia.   Tak lama kemudian, pemuda nasionalis itu menyatakan dalam artikel lanjutannya "bahwa hanya satu hari persatuan yang dapat membawa kita kepada realisasi impian kita, yaitu Indonesia Merdeka, Indonesia Merdeka."  Kebebasan melalui persatuan menjadi motif utamanya.

 

Sukarno juga tidak menyukai gagasan demokrasi Barat, yang menurutnya tidak sesuai dengan budaya Indonesia.  Ia melihat lebih banyak lagi dalam prinsip-prinsip Jawa tentang mufakat dan musyawarah.  Dalam bukunya Sahabatku Soekarno, Willem Oltmans menyatakan dengan gamblang,  bahwa  Sukarno " akan melacur” sampai Anda setuju.  Dengan kata lain, titik awal di sini adalah konsultasi dan konsensus, bukan konfrontasi dan konflik, seperti yang terjadi di demokrasi Barat menurut Sukarno. 

Sejak tahun 1930-an dan seterusnya, pemerintah Hindia Belanda mulai mengambil sikap yang lebih represif daripada sebelumnya.  Bentrokan dengan Soekarno tidak bisa dihindari.  Gugatan diajukan terhadapnya karena mendirikan Partai Nasional Indonesia, sebuah partai kemerdekaan anti-kapitalis.  Dia dihukum pada tahun 1930 dan menjalani hukuman dua tahun.  Setelah dibebaskan, popularitasnya naik ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.  Pemerintah kolonial kemudian mulai mencari alasan untuk menyingkirkan pemimpin berpengaruh tersebut dari Jawa.  Itu ditemukan pada akhir tahun 1934.  Sukarno kembali dihukum, kali ini karena menerbitkan Mentjapai Indonesia Merdeka, sebuah buklet di mana dia dengan penuh semangat mengadvokasi kemerdekaan Indonesia.  Pemimpin nasionalis itu diasingkan ke Ende, di pulau terpencil Flores.  Pada tahun 1938 Sukarno dipindahkan ke Bengkulu.  Selama perjalanannya, massa penduduk di stasiun kereta berlutut sebagai penghormatan tradisional.

Pada awal Maret 1942 keadaan di Hindia Belanda berubah drastis ketika tentara Jepang melenyapkan pemerintahan kolonial Belanda.  Ethan Mark menggambarkan dalam bukunya Pendudukan Jepang di Jawa dalam Perang Dunia Kedua betapa tulus dan meluasnya kegembiraan di antara orang Indonesia saat kedatangan Jepang.  Orang Jawa melihat orang Jepang sebagai pembebas yang membebaskan mereka dari penjajah yang kejam.

Atas undangan Jepang, Soekarno kembali ke Jawa.  Seperti orang Indonesia lainnya, dia sangat terkesan dengan penjajah baru.  Dia tidak menyangka bahwa Belanda akan dikalahkan oleh orang Jepang. Namun ternyata orang Jepang malah bertanya pada Sukarno “ Bagaimana mungkin 275.000 orang Belanda berhasil membuat populasi 70 .000.000 orang Indonesia di bawah pengawasan mereka begitu lama?”

Sukarno menarik pelajaran penting dari ini, yang sebagian menjelaskan sikapnya selama Perang Dunia Kedua.  Dia yakin bahwa bukan senjata Jepang atau kekuatan industrinya yang membawa kemenangan besar atas Belanda ini.  Itu tergantung pada karakter.  Jepang rela berkorban untuk tanah mereka, sementara banyak orang Indonesia menjadi kebarat-baratan, materialistis dan lemah di bawah pengaruh penjajahan.  Jika Indonesia ingin menjadi negara yang makmur dan kuat yang bisa berdiri di atas kedua kakinya sendiri, terserah pada bangsanya untuk menunjukkan karakter selama perang berlangsung, pikir Sukarno.

 

 Orang Jepang menyatakan bahwa mereka ingin membawa bangsa Indonesia menuju masa depan Asia yang cerah.  Jalan di depan tidak akan mudah, kata mereka.  Tetapi tidak seperti Belanda, mereka tidak akan mengeksploitasinya untuk keuntungan mereka sendiri.  Mark mengatakan bahwa pendudukan Jepang menawarkan jendela kesempatan bagi Sukarno dan bangsanya, sesuatu yang hanya bisa mereka impikan.  "Pada tahun lalu khususnya, salah urus Jepang akan semakin terlihat, yang menyebabkan kelaparan dan kemiskinan.  Tapi di masa-masa awal itu, segalanya tampak lebih cerah.  Anda harus mengerti bahwa bagi orang Indonesia hal yang hampir mustahil terjadi.  Jika Jepang bisa melenyapkan Belanda dari koloni mereka setelah lebih dari tiga abad, segalanya mungkin terjadi. "

 

Kemerdekaan Indonesia jarang diucapkan secara terbuka oleh Jepang.  Tapi itu terjadi selama pertemuan pribadi.  Ketika orang Asia Timur menyarankan kepada Sukarno untuk bekerja dengan mereka dan menjanjikan Indonesia merdeka, dia tidak ragu lama-lama.  Sukarno sangat percaya pada kemenangan Jepang atas Sekutu.

Faktor lain dalam hal ini adalah bahwa Sukarno, seperti banyak orang Indonesia lainnya, ngeri memikirkan bahwa Belanda akan kembali.  Meskipun Jepang tidak terburu-buru untuk memberi kemerdekaan Indonesia, Sukarno tetap memegang teguh janji itu.  Bahkan dalam setahun terakhir, ketika Jepang ternyata adalah imperialis biasa yang berusaha memeras Jawa sepenuhnya, Sukarno tetap percaya pada akhir yang bahagia.  Dia percaya Indonesia pasti merdeka.

Dalam bukunya Mark menguraikan bagaimana Jepang mulai menuntut lebih banyak dari penduduk Indonesia - lebih banyak beras, bahan mentah dan tenaga kerja.  Oktober 1943 merupakan titik balik ketika Jepang mulai meningkatkan tekanan.  Awalnya TKI diminta relawan, belakangan hanya kasus paksaan.  Kepala desa dipaksa untuk memilih laki-laki dan perempuan dan pejabat Indonesia lainnya juga terlibat.  Berapa banyak rōmusha yang telah meninggal tidak jelas, jumlah tiga ratus ribu adalah yang paling umum.  "Sungguh menyakitkan Sukarno membuat propaganda untuk merekrut rōmusha," kata Mark.  "Tetapi sadari bahwa eksploitasi Jepang perlahan-lahan semakin parah, tidak ada transisi yang sulit.  Selain itu, ini juga sesuai dengan gagasan bahwa berkorban tidak bisa dihindari.  Saya kira Sukarno tidak menyadari akan ada begitu banyak kematian.  "

 

Tanpa diduga bagi banyak orang Indonesia, Jepang menyerah tanpa syarat pada tanggal 15 Agustus 1945.  Dua hari kemudian Soekarno dan Mohammed Hatta mendeklarasikan Indonesia merdeka.  Ini terjadi di bawah tekanan dari pemuda Indonesia, yang menginginkan kebebasan di atas segalanya secepatnya.  Sukarno menjadi presiden republik muda.  Dalam sejarah Belanda yang dominan, peristiwa ini merupakan awal dari Bersiap dan juga perang berdarah.  Konflik ini akhirnya diselesaikan demi kepentingan Republik.  Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada bulan Desember 1949.

 

 Bonnie Triyana menunjuk pada otobiografi Sukarno, yang ditulis oleh jurnalis Amerika Cindy Adams untuknya.  "Dalam hal ini dia meletakkan tangannya di dadanya sendiri seperti pada rōmusha.  Mengapa masalah ini masih diteruskan oleh Belanda?  Agak munafik bahwa Belanda menuduh Soekarno, padahal mereka sendiri telah menindas dan mengeksploitasi orang Indonesia selama berabad-abad, yang mengakibatkan banyak kematian.

 Keterlibatan Sukarno dalam Bersiap menjadi bahan perdebatan. Herman Bussemakers dan William H. Frederick mengklaim bahwa pemerintah Indonesia (Indo) menyandera Belanda di kamp-kamp.  Mary van Delden menunjukkan dalam penelitian PhD-nya bahwa ini adalah kamp perlindungan. Namun, Ethan Mark berpendapat bahwa periode ini, bagaimanapun keputusannya, tidak dapat disangkal adalah konsekuensi dari kolonialisme Belanda.

 

 Mark menunjuk pada kebijakan yang membedakan tiga kelompok ras: Eropa - termasuk Belanda - Orang Timur Asing dan Pribumi.  Kelompok pertama berada di puncak tangga kolonial, yang terakhir di bawah.  Orang Indo-Belanda keturunan campuran yang dianggap cukup beradab berhak atas status Eropa.  Akibatnya, mereka seringkali tidak mau tahu tentang kerabat Indonesia mereka di kampung-kampung.  "Kebijakan rasial ini menciptakan banyak permusuhan di koloni," kata Mark.  “Tidak diragukan lagi, Jepang telah melakukan yang terbaik untuk mengingatkan penduduk Indonesia tentang ketidakadilan yang dilakukan Belanda.  Ketakutan akan rekolonisasi juga berperan. 

 

 Sejarawan Kanada Su Lin Lewis mengatakan bahwa Sukarno adalah seorang pemimpin revolusioner, seperti yang terjadi di Afrika dan Asia pada 1940-an dan 1950-an.  "Dia benar-benar termasuk dalam jajaran Presiden Mesir Nassar dan Perdana Menteri India Nehru," kata Lewis, yang meneliti jaringan Afrika-Asia pada 1950-an.  “Selama periode itu banyak terjadi kontak antar pemimpin dari dua benua ini.  Puncaknya adalah Konferensi Bandung 1955. Para kepala negara yang berkumpul di sini memberontak melawan kekuasaan kolonial.  Dengan konferensi ini mereka menunjukkan bahwa batang warna yang masih kaku di bawah pemerintahan kolonial kini telah dipatahkan.  Momen istimewa, dengan tuan rumah Soekarno sebagai pusatnya. "

 

Pekerjaan  Sukarno belum selesai walaupun sudah mendapat pengakuan Belanda di akhir tahun 1949. Karena Sukarno melihat Belanda masih memiliki Papua.  Dalam gagasan Sukarno tentang persatuan nasional, daerah ini juga milik Indonesia.  Pada awal 1950-an, klaim ini diperkuat melalui jalur diplomatik, kemudian tekanan meningkat dan bahkan konfrontasi militer.  Atas desakan AS khususnya, Belanda akhirnya menyerahkan  Papua pada tahun 1962 kepada Indonesia.  Negara ini resmi membentang dari Sabang, di ujung paling barat laut Sumatera, hingga Merauke, di tenggara Papua.  Sukarno telah mencapai tujuan akhirnya.

 

Bagi orang Belanda Sukarno menekan dan menjajah Orang Papua, juga tidak melihatnya sebagai pembebas.  Dan hal ini semakin membuatnya tidak disukai. Perasaan permusuhan terhadap Sukarno mungkin bisa dijelaskan dengan perlunya kambing hitam.  Sebuah personifikasi dari musuh - musuh yang harus membenarkan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda dalam dua aksi militer di Indonesia pada periode 1945-1950.

 

 Banyak pemuda Belanda yang terpancing berperang untuk membebaskan Hindia Belanda dari Jepang yang fasis.  Tetapi ketika mereka tiba, tidak ada satu orang Jepang pun yang menghalangi jalan mereka.  Sebaliknya,  yang ada orang Indonesia yang nasionalis yang meradang oleh pidato Soekarno.

Pemerintah Belanda menutup mata terhadap perkembangan politik yang telah terjadi di luar pendudukan Jepang.  Jepang disejajarkan dengan Nazi di Eropa - keduanya kalah perang.  Namun bagi para pemimpin gerakan kemerdekaan di Indonesia, termasuk Sukarno, hilangnya Jepang merupakan kesempatan untuk mendirikan negara merdeka, bebas dari penjajahan oleh negara lain, termasuk Belanda.

Sementara itu, pemerintah Belanda berharap dapat mengembalikan kekuasaannya di Hindia Belanda seperti sebelum pendudukan Jepang.  Kita semua tahu bahwa upaya naif untuk rekolonisasi ini sia-sia.  Dimulai pada saat proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 dan berakhir pada penyerahan Papua pada 1962.  Belanda menarik diri dari Indonesia dengan beban sejarah yang tak tertahankan di pundaknya.  Sukarno, menjadi wajah dari beban itu. Semua gara-gara Sukarno.

 

SUMBER

JAVAPOST.NL


 

Wednesday, 12 August 2020

Parit Mataram di Palmeriam dan Jendral Daendels

 

Jika kita ke Palmeriam Jakarta Timur, kita akan melihat sebuah parit berukuran sedang membujur dari selatan ke utara. Dalamnya sekitar 3 meter dan lebarnya 4 meter. Suasana disini asri dengan pepohonan yang rimbun di kiri kanannya. Saat ini parit ini berfungsi untuk menyalurkan air sungai Ciliwung jika sedang meluap. Parit ini dibangun oleh tentara Mataram saat menyerang Batavia. Mereka bermarkas disekitar Matraman saat ini. Sebuah penyerangan yang gagal dalam mengusir kompeni VOC saat diawal mereka berdiri.

Melihat lagi sejarah Indonesia sebetulnya menarik, banyak hal yang mungkin masih bisa digali dan dilihat kembali cerita dan asalnya.

Setelah raja Belanda kalah oleh Perancis dan kabur ke Inggris, Perancis atas perintah Napoleon Bonaparte pada tanggal 5 Juni 1806 mendirikan kerajaan boneka dengan rajanya Louis Napoleon (adik dari Napoleon Bonaparte). Sang raja kemudian mengirim Daendels untuk mengambil alih Indonesia, saat itu bernama Hindia Belanda.

Herman Willem Daendels adalah orang Belanda yang membelot ke Perancis, dan karena dia sangat percaya dengan semboyan dan perjuangan Napoleon Bonaparte.  Dia hampir ikut dalam setiap pertempuran yang dilakukan oleh Napoleon. Karenanya  Louis Napoleon percaya padanya. Tugas dia adalah merapihkan dan menyiapkan pulau Jawa dari serangan Inggris. Yang saat itu Inggris dan Perancis sedang bermusuhan.

“Pertahankan Jawa, berapapun harganya!” itu adalah perintah langsung dari Kaisar Napoleon I kepada menteri kelautan dan wilayah jajahan Perancis Admiral Decres.  

Begitu datang ke pulau Jawa, yang pertama dia lakukan adalah mengganti semua bendera Belanda dengan bendera Perancis. Kemudian mengganti semua pimpinan daerah jajahan sesuai keinginannya. Banyak didatangkan prajurit-prajurit Perancis ke Jawa dalam rangka persiapan menghadapi serangan Inggris.  Daendels membangun jalan dari Anyer sampai Panarukan agar semua jalur distribusi tentara dan amunisinya bisa cepat dan tersedia di seluruh pulau Jawa. Dan untuk di daerah Batavia dia membongkar kastil Batavia agar tidak dijadikan markas pasukan jika datang ke Batavia. Kemudian Dia membangun sebuah kota militer dengan benteng pertahanan yang kokoh dan luas di tanah bekas Prajurit Mataram tahun 1629 bermarkas saat menyerang Batavia. Batasnya kira-kira dari jalan Matraman sampai jalan Otista 1 di Jakarta Timur saat ini. Disini juga dibangun sekolah militer.

Benteng pertahanan ini di perkuat dengan puluhan meriam yang dipasang di daerah Palmeriam saat ini. Benteng itu memiliki 7 gerbang pintu masuk. Di daerah gang Bunga saat ini dibangun bunker yang berisi berton-ton mesiu dan ribuan peluru.  Daendels menyebut itu kubu pertahanan nomor 4. Sedangkan benteng nomor 3 dan nomor 2 adalah sisi timur dari benteng itu. Satu benteng berisi 20 meriam. Total semua ada 280 meriam. Parit pertahanan yang dibangun prajurit Mataram sebelumnya diperdalam lagi menjadi  3 meter dan lebarnya 4 meter,  anehnya   parit pertahanan ini ada di dalam benteng.

Semuanya sudah dipersiapkan dengan matang selama 3 tahun sampai duit pemerintah kering kerontang,  akibatnya dia harus cari duit dengan cara lain. Segala cara dia tempuh dari kerja rodi, menaikan pajak sampai korupsi dia lakukan, akibatnya begitu ketahuan dia ditangkap.  Ceritanya Dia membeli tanah di Bogor untuk kemudian membangun istana Bogor. Setelah jadi dia jual lagi ke pemerintah, kemudian tanah disekitar istana dia jual kepada pengusaha Cina. Oleh pemerintah pusat di eropa hal ini dianggap korupsi sehingga dia ditangkap dan dicopot dari jabatannya. Namun versi lain mengatakan bahwa dia dipanggil karena Napoleon memerlukan dia. Apapun itu Sang jendral galak pulang ke eropa sebagai tahanan,  dan meninggalkan semua rencana dan strategi pertahanannya.   Daendels hanya berada di Jawa 3 tahun, yaitu tahun 1808 sampai 1811. Dia dibenci  Belanda namun disayangi Perancis.

Penggantinya adalah Jendral Jan William Jenssen. Seorang yang ternyata sangat dikenal Inggris karena pernah bertempur melawan Inggris di Benua Afrika empat tahun sebelumnya. Dan kalah.  Sehingga membuat nafsu inggris merebut Jawa makin menggebu-gebu.

Ketika 100 kapal laut dengan 12 ribu pasukan Inggris mendarat di Cilincing pada tanggal 4 agustus 1811, tidak ada perlawanan sama sekali dari Belanda.  Bahkan ketika pasukan ini bergerak langsung menuju Batavia dan membangun tenda di depan gedung Fatahillah semua berjalan dengan sangat lancar. Kota tua dengan mudah dikuasai Inggris karena semua tentara Belanda ditarik ke Jatinegara.

Taktik Janssen adalah melemahkan pasukan Inggris dengan tidak menyediakan air. Semua gudang perbekalan dibumi hangus, pipa air bersih dihancurkan. Penduduk kota tidak boleh menyimpan air lebih dari 1 botol. Namun semua sia-sia. Begitu gudang-gudang kosong tanpa penjagaan, maka penduduk Batavia menjarahnya.

Tanggal 12 agustus 1811, terjadi pertempuran seru antara Inggris melawan Belanda, Perancis dan Bugis di Struiswijk atau paseban sekarang. Lagi seru-serunya bertempur disini tiba-tiba pimpinan Belanda malah menarik mundur pasukannya ke Jatinegara.  Sehingga membuat heran pasukan Inggris.  Dari pertempuran disini  pasukan Inggris mendapatkan air dan logistik yang ditinggalkan pasukan musuh juga lokasi gambir yang bersih dan bebas penyakit.   


Inggris mulai menyerang lagi lewat sisi timur benteng, tepatnya di jalan Kayumanis 10 saat ini, saat itu subuh tanggal 26 Agustus 1811. Alasannya karena posisi benteng ini  lebih mudah diserang daripada lewat sebelah barat, yaitu tebing sungai Ciliwung yang tinggi dan curam. Dengan membawa  2000 prajurit benteng nomor 3 dengan mudah direbut,  pasukan Pernacis yang ada disitu kocar-kacir dan ketika menyerbu ke benteng nomor 4 sebuah ledakan besar terjadi. JELEGARRRR.

Ternyata 2 perwira Belanda mengorbankan dirinya dengan meledakan gudang mesiu yang berisi penuh mesiu dan peluru.  Akibatnya, mayat tentara Inggris berterbangan, 150 orang pasukan Inggris langsung gugur. Tetapi ternyata pasukan Belanda-Perancis juga malah ikut mati semua. Selesai sudah perangnya, Inggris menang dan berhasil menghancurkan benteng ini. Sisa pasukan Belanda-Perancis langsung melarikan diri ke Bogor. 

Saat ini tidak ada bekas pertempuran disitu, semua sisa-sisa  Benteng lenyap. Depo tempat ledakan gudang mesiu yang bertempat di Jl. KH.Ahmad dahlan saat ini dulunya diberi nama jalan solitude juga hilang. Karena kesunyian yang ditimbulkan akibat serunya perang besar itu. Kemudian penamaan rawabangke di Jatinegara adalah akibat adanya ratusan mayat  tentara Inggris, belanda, Perancis yang dikumpulkan disitu. Bergelimpangan dan bertumpuk di rawa-rawa saat itu.

Janssens melarikan diri ke Semarang dengan membawa berpeti-peti harta karun belanda yang rencananya untuk membeli pasukan. Namun uang itu tidak cukup karena emas pemerintah Hindia belanda sudah lebih dulu habis buat persiapan perangnya Daendels. Akhirnya di bulan September dia menyerah di Tuntang Salatiga.    Total sekitar 6000 orang prajurit Perancis yang dibawa Daendels dari Perancis gugur dalam pertempuran melawan Inggris di jawa.

Saat ini parit peninggalan prajurit Mataram di Palmeriam masih ada dan berfungsi baik. Semenjak dirubah bentuknya oleh Fauzi Bowo parit yang lebar dan dalam ini menjadi kecil dan aneh bentuknya.  Pemukiman disekitar parit ini padat dan sempit. Namun suasananya adem dan tentram dengan pepohonan yang rindang dan tinggi. Pohon angsana disini tumbuh subur dan rimbun. Sebuah oase di tengah panasnya kota Jakarta. Meriam yang dulu katanya sangat banyak disini sudah hilang ditelan waktu.

 

SUMBER

KOMPAS.COM

NATIONALGEOGRAPHIC.GRID.ID

MAJALAH.TEMPO.CO

ACADEMIA.EDU

Perang Napoleon di jawa 1811 oleh Jean Rocher


Monday, 27 July 2020

Tongkat dan selop Pangeran Diponegoro


Pangeran Diponegoro menggunakan tongkat ketika ia pergi berziarah ke tempat-tempat suci di Jawa - terutama di Yogyakarta.  Ini juga member arti bahwa  tongkat adalah sesuatu yang sakral.  Ada kekuatan tersembunyi di dalamnya . Ternyata memakai tongkat adalah sunnah para nabi, auliya Allah. Imam syafii saat ditanya kenapa bertongkat padahal  beliau kuat dan masih muda..

“Karena aku musafir di dunia ini, tujuanku akhirat. Orang yang bertongkat akat mengingatkan dirinya untuk tidak bermaksiat. Membuat dirinya focus kepada tujuan.”

  Diponegoro (1785-1855) juga lebih dari sekadar pangeran.  Dia terukir dalam ingatan Indonesia sebagai pahlawan pertama dan terbesar dari pertempuran melawan kolonial Belanda.  Pangeran Diponegoro adalah perjalanan perjuangan kemerdekaan yang  berakhir di sel di bawah balai kota tua Batavia tempat sang pangeran ditahan untuk kemudian diasingkan di Menado dan kemudian Makassar.

Dalam lukisan penangkapan sang pangeran karya  Pieneman dan Raden Saleh , terlihat jelas  Diponegoro diundang ke pertemuan, dan dia datang  dengan perasaan  aman tanpa membawa pengawal dan senjata,  padahal  Belanda  membawa banyak tentara  yang  ingin menangkapnya.


Belanda adalah Negara kecil, dia tidak punya banyak tentara. Sehingga dengan uang dan kelihainnya berdiplomasi dia akan mencari keuntungan untuk dirinya. Mereka tidak berani menyerang jika tidak ada orang dalam. Mereka selalu mengirimkan juru runding, mata-mata dan siapa saja yang bisa dibeli. Salah satunya adalah Danurejo IV. Seorang kepercayaan pangeran Diponegoro sendiri. Sebagai patih yang dipercaya Diponegoro namun tidak dipercaya oleh kraton dia perlu backup, tetapi sang pangeran diponegoro selalu ada di luar keraton maka otomatis dia tidak  ada teman. Akhirnya  dia meminta Belanda sebagai kawan dan kongsinya,  jiwanya dijual habis kepada Belanda. Kemudian peristiwa “Babad Kedung Kebo” terjadi. Dirinya diadili karena membuat keputusan besar tanpa konsultasi dulu dengan sang Pangeran. Dia mengganti para petugas pajak dan pejabat penegak hukum sesuai selera dirinya sendiri, namun mengelak bahwa itu bukan perbuatan dia. Pangeran marah dan langsung menghampirinya terus memukulkan selop yang dia pakai ke kepala sang patih. PLAK!!

 

Sebuah dendam yang telah bersemi dihatinya  membuatnya bertekad menghancurkan sang Pangeran Jawadan  berhasil mengantarkan Diponegoro ke pengasingan.

 

 

Kembalinya tongkat Diponegoro

 

Dua keturunan Gubernur Jenderal Jean Chrétien Baud telah menyerahkan kembali  tongkat 1,40 meter ke Indonesia beberapa tahun silam.   Gubernur Jenderal telah membawa benda itu ke Belanda 185 tahun yang lalu, di mana keluarga perlahan-lahan lupa benda apa itu sebenarnya.  Erika dan Michiel Baud membawa tongkat kembali.

Tongkat itu  berasal dari warisan leluhurnya Jean Chrétien Baud.  Pada bulan Juli 1834, sebagai gubernur jenderal awal Hindia Belanda,  diberikan  oleh mantan anggota Diponegoro, tongkat kayu sepanjang 1,40 meter dengan perlengkapan perak dan pisau berbentuk cakram besi tempa. 

Awalnya tongkat bukan milik sang pangeran, tetapi untuk para sultan Demak, dan dengan demikian jauh lebih tua.  Pangeran Diponegoro mendapatkannya dari orang Jawa biasa.  Dia selalu membawa tongkat ketika dia naik haji untuk meminta restu dari Yang Mahatinggi .

 Tongkat berasal dari rumah keluarga, yang benar-benar diingat oleh Erica Baud.  Dia dan saudara-saudaranya tidak ingat di mana tongkatnya atau selama bertahun-tahun.

 

 "Kami benar-benar terkejut.  Ini bukan barang rampasan, ini hadiah, kata Stevens segera.  Kami juga mencari catatan dari Jean Chrétien Baud.  Tetapi tidak ditemukan.  Ketika tongkat di bawah lampu neon yang kuat dari Rijksmuseum, seseorang tiba-tiba bertanya: apa yang tertulis di sana?

 Kami semua condong ke depan.  Ternyata ada kertas peninggalan kakek tertempel di tutup kayu bilah.  Itu telah berubah benar-benar cokelat selama bertahun-tahun.  Kami mencoba menguraikannya.  Itu tidak cukup berhasil, tetapi apa yang bisa kita baca meyakinkan kita bahwa ini adalah tongkat yang dituju. "

 

 Di meja Erica Baud ada tumpukan buku tentang bekas koloni itu.  Semua dibeli selama bertahun-tahun.  Bagaimanapun,  Indonesia selalu bagian dari kisah keluarga.  Dia menunjukkan potret leluhurnya, yang dilukis oleh pelukis Jawa Raden Saleh, yang terkenal di Belanda dan Jerman pada saat itu.  "Pria yang tidak menarik," katanya.  "Tentu saja kamu juga ingin dia menjadi pria yang tidak terlalu jahat.  Apa yang telah ditulis tentang dia menunjukkan bahwa, meskipun seorang penguasa kolonial, dia menaruh banyak perhatian pada budaya dan adat Jawa. 

Di Belanda ia menjadi Menteri Koloni dan kemudian ia mendirikan Institut Kerajaan untuk Bahasa, Tanah dan Etnologi.  Sebuah potret keluarga yang dilukis oleh Raden Saleh sekarang tergantung di sana. "

 

 Tak satu pun dari keturunan Jean Chrétien Baud  tertarik pergi Indonesia.  Meskipun ayah Erica Baud masuk   wajib militer pada tahun 1949, itu dibatalkan karena sakit.  Erica Baud sendiri bekerja dengan kelompok-kelompok gamelan Belanda, tetapi baru sekarang dia "dalam perjalanan ziarah kami" mengunjungi tempat-tempat di mana leluhurnya pernah memerintah dan di mana seorang anak yang lahir mati dimakamkan.

 

 "Orang sering bertanya kepada saya apa yang saya punya tentang  Indonesia.  Sekarang saya bisa memberi tahu mereka tentang kakek buyut buyut buyut saya dan tongkat Diponegoro. "

Saat ini banyak peninggalan dan harta karun milik bangsa Indonesia yang dibawa ke luar negeri sebagai barang antik, hadiah atau barang rampasan. Yang nilainya saat diperjualbelikan pasti sangat mahal. Kita bisa melihatnya di internet.  Dan semua itu harus milik Indonesia,  Belanda harus mengembalikan semua harta kerajaan yang diambil atau dicuri dari Indonesia.  Tongkat dan keris sang pangeran sudah  ditemukan dan dikembalikan ke Indonesia, andai selopnya bisa ditemukan akan lebih lengkap peninggalannya.

 

 

SUMBER

JAVAPOST.NL

Thursday, 23 July 2020

covid19 jakarta



Wabah covid19 masih akan terjadi sampai tahun2021, itu pasti. Makan dan bekerja itu harus. Diam dirumah saja sudah jelas akan kelaparan. Kerja diluar rumah mungkin terkena virus dan akhirnya positif covid19. Itu adalah pilihan nyata yang harus diambil oleh semua penduduk Indonesia dan dunia.

Operasi patuh jaya dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk membuat masyarakat patuh selain berlalu lintas juga menggunakan masker. Kejahatan mulai marak oleh mereka yang terkena dampak tidak langsung covid19. Pemutusan hubungan kerja, bangkrut dan biaya hidup yang semakin menekan.

Membuat kekerasan dan pembunuhan di keluarga semakin parah,

Vaksin dari cina sudah datang, namun belum jadi. Karena harus menjalani uji lab pase 3. Pase ini minimal harus 6 bulan dijalani. Tidak bisa ditawar. Selain itu vaksin ini adalah virus yang dilemahkan, sehingga tidak boleh diberikan kepada yang positif covid19. Jika diberikan maka akibatnya akan fatal. Kematian akan datang lebih cepat kepada yang positif.

Coordinator lapangan tim uji klinis, eddy Fadlyana menjelaskan vaksin Sinovac memiliki tingkat keamanan yang cukup tinggi. Karena di Cina vaksin diberikan kepada para pasien diare, radang paru-pasru dan semua penyakit yang tidak berhubungan dengan covid19.

Tapi kemudian dia menjelaskan vaksin sinovac terbuat dari virus yang dimatikan tapi punya daya untuk antibodi, sehingga kalau diberikan kepada pasien covid kondisi berat tidak apa-apa.

Orang aneh. Baru kayaknya.


Satu kenyataan yang disadari oleh masyarakat tentang virus ini adalah bahwa virus ini bisa sembuh sendiri. Orang yang positif belum tentu akan langsung mati. Namun virus ini sangat berbahaya bagi mereka yang rentan, yang sepuh dan yang mempunyai riwayat penyakit kronis.

Ini berarti tidak seperti di film-film zombie yang membuat mereka yang tertular mendadak beringas dan menakutkan. Dan hal inilah yang membuat semuanya merasa saatnya kembali ke normal. Toh ketika kamu positif, cukup dengan isolasi mandiri dan beristirahat dirumah akan sembuh.

Pikiran yang benar namun sesuai kenyataan. Hanya diperlukan kehati-hatian untuk tidak menyebarkan ke orang lain, terutama mereka yang rentan. Dana karena iitu semua harus kembali bekerja, dengan protocol kesehatan tentunya.

Cukup .

Fase adaptasi kebiasaan baru sudah dimulai. Bisnis sudah harus jalan. Sektor transpostasi  harus mulai meningkatkan kualitas dan efisiensi layanannya. Otomatisasi seperti satu tiket untuk beberapa alat transportasi sudah harus dimulai. Saat ini para pedagang sayuran sudah tidak pernah lagi merasakan nikmatnya kereta api akibat peraturan barang bawaan penumpang. Mereka  sudah pasti teringkir dan membiayai hidup dan berusaha tanpa bantuan dari pemerintah. Hidup dan matinya mereka hanya diri sendiri yang menetukan.

Keliling dengan baju lusuh dan handuk dileher, sekarang ditambah masker yang kadang membuat sulit bernafas. Semua harus dilakukan. Mati dirumah atau mati diajalan. Ojek online yang bergerombol di jalanan. Dan masih banyak lagi.

Kenyataanny yang ditemukan dilapangan justru mendukung keputusan untuk tetap mengutamakan ekonomi. Menurut hasil survey ditemukan 38% pasien positif covid berasal dari komunitas termasuk disini hobi, ibadah, pengajian dan olahraga. 45,2%  rumah sakit, 4,1 dari perkantoran, 5,8 buruh, 6,8 pasar.

Artinya jelas ekonomi harus jalan. Karena ternyata dari kantor dan pasar tidak sampai 20%. Sudah saatnya kebijakan lebih berani dan terfokus.  Hilangkan itu CFD, Corona Free Day. Awasi dan waspadai kerumunan orang di mesjid, perketat aturan shaf dan masker, karena selama ini yang saya temukan masih  banyak  penggunaan masker di tempat ibadah dan pengajian sudah tidak disiplin lagi. Masker di dagu dan sudah jarang yang menggunakan masker. Semua terlihat percaya diri tanpa masker. Tidak ada yang berani menegur bahkan sang ustad sekalipun.

Covid masih panjang, dan kita sudah tidak waspada lagi. Sang gubernur Jakarta malah bangga dengan torehan tambahan positif yang menjadi rekor nomor satu se Indonesia  kemarin. Sudah tidak bisa diharapkan lagi memang orang itu. Kemarin saja disuruh bagikan bansos ke warganya menyerah dan akhirnya diambil alih oleh pusat  semua urusan bansos sampai bulan desember tahun ini.

 Sekarang hanya kita sendiri yang bisa mencegah jangan sampai kena, berusaha dengan displin. Patuhi protokol kesehatan. Kerja lagi , usaha lagi. Semoga allah bersama kita.

 

The secret of change is to focus all of your energy not on fighting the old, but building the new. (Socrates)

 

Saturday, 18 July 2020

Bagaimana kopi susu menghancurkan gigiku satu persatu

ngopi dulu setelah menempuh perjalanan jauh


Sebagai surveyor hidup saya sehari-harinya ada di jalanan, ke kantor hanya saat pelaporan dan briefing. Banyak bertemu orang baru dan kenalan baru.  Dalam lingkungan kerja saya, ada satu laki-laki bujangan, umur  sekitar 48 tahun. Hitam kulitnya akibat sinar matahari Jakarta. Tidak bisa naik motor dan kemana-mana naik angkutan umum atau jalan kaki. Menempuh sekilo dua kilometer adalah hal rutin yang biasa dia lakukan. Merokok dan ngopi adalah kesenangannya. Lebih baik tidak makan daripada tidak merokok, alasannya dengan merokok bisa tahan lapar sampai sore. Kopi hitam adalah menu utamanya setiap pagi. Gigi atasnya sudah habis, sehingga mirip bayi. Namanya Supriyono, tetapi kami memanggilnya Metic. Karena mengingatkan kami dengan  sepeda motor  matic yang saat ini sedang trends. Sepeda motor tanpa gigi.

Tidak pernah terpikir dalam hidup saya bahwa saya akan menjadi ompomg seperti Metic.  Karena minum kopi susu adalah minuman favorit saya sejak kelas 2 SMA. Minuman penambah energi di saat malam, membuat otak terang dan semangat belajar. Jika sekarang lebih banyak yang sachetan, maka di masa sekolah saya kopi susu itu dibuat secara manual, kopi bubuk dicampur gula pasir dan ditambah susu kental manis. Makin banyak susunya makin nikmat.

Saya merasa cukup rajin menggosok gigi. Dua kali sehari. Bangun tidur dan mau tidur malam. Dan saya rasa cukup mempertahankan kebersihan dan kekuatan gigi. Walaupun beberapa geraham mulai bolong, namun semuanya berhasil ditambal di dokter gigi. Sampai suatu ketika saya ikut dalam suatu kegiatan di hotel di puncak Bogor, yang mengharuskan saya menginap selama 5 hari disana.
Kegiatan pelatihan yang dimulai dari pukul 08.00 pagi ini berlangsung kontinyu sampai pukul 20,00 malam. Melelahkan dan bikin kantuk pastinya. Dan salah satu cara menghilangkan kantuk itu saya minum kopi susu. Pagi jam 06.00 sarapan dan minum kopi susu  sambil menunggu dimulainya pelatihan. Jam  10.00 istirahat sambil minum kopi susu agar semangat. Jam 12 siang saat makan siang, biasanya selain air putih saya mengambil secangkir kopi susu untuk menikmati suasana istirahat siang. Kemudian jam 15.00 saat isoma ambil lagi kopi susu agar mata melek. Kemudian jam 18.00 minum kopi susu setelah makan dan shalat magrib. Terakhir  sambil bercengkrama menunggu kantuk datang jam 22.00 satu cangkir. Total sehari jadinya 6 cangkir kopi susu . Dan itu terjadi selama 5 hari, akibatnya di hari terakhir  satu  gigi atas saya copot, tanpa rasa sakit. Just like that. Pluk..
Pulang pelatihan kebiasaan minum kopi susunya berjalan seperti biasa, pagi, sore dan malam. Tiga kali sehari.  Namun mulai terasa aneh pada gigi saya. Kadang gigi terasa empuk , kekerasan gigi mulai hilang. Beberapa terasa goyang. Dan akhirnya copot satu persatu. Tanpa rasa sakit copotnya.
Geramah mulai pecah dan makan mulai ribet. Setelah ke dokter diberitahu bahwa beberapa gigi sudah hancur. Tidak bisa ditambal. Pecah karena gula. Dan disuruh untuk mengurangi panas dan manis. Jauhi kopi susu, gulanya jahat ke gigi katanya. Bikin hancur gigi tegasnya.

Namun namanya kopi susu sudah terlanjur jadi kebiasaan, sehari dua hari bisa berhenti. Namun setelah berjalan beberapa hari ketika merasa gigi mulai kuat lagi dan terpaksa harus begadang dalam melaksanakan pekerjaan akhirnya  ngopi lagi.  Niatnya untuk melawan kantuk dan menambah energi kerja.  Akhirnya kembali ke normal, ngopi lagi. Ternyata susah untuk merubah kebiasaan.

Empat bulan kemudian ikut training lagi di hotel, menginap juga. Dan kebiasaan lama saat dihotel kembali dilakukan. Ngopi di setiap ada kesempatan. Akhirnya di hari terakhir copot lagi satu gigi saya.

Pulang langsung ke dokter dan diomelin, terus dikasih antibiotic dan vitamin.  Waktu berjalan dan saya tenggelam dalam kesibukan dunia kerja, jika terasa sakit gigi saya akan langsung membeli antibiotic dan obat penghilang rasa sakit. Hanya  decolgen dan amoxilin. Sudah tidak berani lagi ke dokter. Ketika satu demi satu gigi terlepas saya sudah tidak terlalu peduli , karena kesibukan saya yang menyita waktu. Dan  kemarin pas berkaca, alangkah kagetnya saya. Ternyata saya ompong. Gigi atas tinggal dua. Gigi geraham bawahnya habis di kiri dan kanan. Hanya tersisa pecahan-pecahan kecil gigi. Rusak parah.

Pantesan kalo makan kacang goreng, itu kacang cuman muter saja di mulut. Sudah sulit untuk menggigitnya. Padahal kacang termasuk makanan paling enak sedunia.  Sekarang saya jadi sering minum air putih saat makan berat, untuk membantu menelan makanan yang tidak bisa dihancurkan. Ternyata sedih juga tidak bergigi itu. Makan kerupuk susah, gigit mangga muda apalagi.

 Ternyata kopi susu sangat jahat pada gigi, saya tidak pernah berfikiran separah itu efeknya. Jika mau diuraikan efeknya sebagai berikut: warna gigi  jadi coklat. Putihnya gigi hilang, gantengnya berkurang drastic, walaupun pakai pemutih gigi. Menurut Victoria Veystman dari New York citys Cosmetik Dental studio, asam itu dari senyawa Tanin yang ada di kopi menyebabkan gigi rusak. Asam ini akan dengan mudah menempel di gigi. Dan kalo sudah nempel maka enamel gigi jadi lunak dan kasar  dan ini yang terjadi pada gigi saya.

Enamel itu adalah lapisan paling luar gigi yang berfungsi menjaga kekuatan gigi. Jadi kalau ini rusak maka siap-siap gigi rontok. Mangkanya geraham saya akhirnya hancur, patah dan pecah berserakan tanpa bisa ditambal ataupun diperbaiki lagi. Dokter cuman bisa menganjurkan  cabut saja, tapi nanti kalo Covid19 sudah lewat. Selain itu dokter juga menyarankan jika  tidak bisa menghilangkan kebiasaan  ngopi  sebaiknya  minum kopinya pakai sedotan, sehingga kopinya bisa langsung masuk tanpa menyentuh gigi. Bener juga ya. Tapi masalahnya saya paling tidak suka pakai sedotan, apalagi sekarang lagi kampanye untuk tidak memakai sedotan plastik.

Menurut Google sebetulnya bukan kopinya  yang bikin rusak gigi, tapi gula dan susu krimernya  yang mempercepat pertumbuhan bakteri di gigi, keduanya itulah makanan utama  bakteri di gigi. Apalagi jika tidak menggosok gigi di malam hari. Maka akan semakin cepat dan besar kerusakan gigi.
Apapun itu sekarang saya mulai mengumpulkan uang buat pasang gigi palsu, malu kalo tersenyum atau bicara.  Untungnya  saat ini kemana-mana pakai masker, sehingga tidak kelihatan ompongnya.
Usaha saya sekarang adalah mencoba mempertahankan gigi-gigi yang tersisa dengan sikat gigi yang benar dan banyak minnum air putih. Ngopi susu tetap dilakukan, namun dengan protokol kesehatan pastinya (maksudnya sambil minum air putih).  Kalau dipikir-pikir ini mungkin kualat dari ngebulli Metic. Entahlah.

Akhir-akhir ini saya sering memperhatikan para juru parkir dan polisi cepek, ternyata giginya banyak yang ompong juga. Di dekat pertigaan cengkareng perempuan yang jadi pak ogah, gigi atasnya habis. Dan entah dimana lagi, saya lupa.  Kampanye kesehatan gigi saya rasa perlu juga digalakan. Agar kami orang-orang kecil jangan ngopi terus. Setidaknya sekedar mengingatkan.


 Sumber hellosehat.com

Saturday, 13 June 2020

Aturan yang berlebihan soal covid19

Saat ini bisa disebut saat yang penuh ketidaakpastian. Orang-orang rebutan mayat di rumah sakit. Naik kereta harus punya surat bebas covid19. Ngurus suratnya pun tidak gratis. Naik pesawat harus surat tugas , surat bebas covid19 dan surat-surat lainnya.  Berkendaraan harus selang seling walau satu keluarga. Perawat yang diusir dari kontrakannya . dan masih banyak lagi.

Akibatnya rakyat panik,  pemerintah bingung. Polisi dikerjain habis-habisan,  tentara disiagakan dimana-mana. Rakyat bikin portal disetiap pintu gang, pemerintah bikin banyak aturan baru, polisi dan tentara pontang panting mengejar orang-orang.

Berita dan hoax bertebaran menambah panas suasana. Semua omongan pemerintah masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Bablas seperti jalan tol. Dokter-dokter pun berteriak memberitakan kematian teman sejawatnya yang meninggal karena covid19 maupun karena penyakit bawaaannya.
Aturan-aturan baru dibuat makin banyak. Kemarin SIKM, surat izin keluar masuk. Suatu aturan yang buang waktu dan tenaga juga pulsa.  Terus jika dimasa normal ada aturan ganjil genap mobil, sekarang wacana ganjil genap motor, dan terbaru ganjil genap kios.  Warung nomor ganjil buka tanggal ganjil. Toko nomor genap buka tanggal genap. Tidak peduli tokonya sepi tidak laku ataupun ramai pengunjung. Saya rasa kalo masih tetap naik juga angka positifnya besok-besok aturannya bertambah. Ganjil genap pengunjung mal. Dimana pengunjung mal juga berdasarkan ganjil genap tanggal lahirnya.

Ada lagi Zona merah, zona hijau, zona kuning, zona hitam. Dan terbaru zona biru. Makin pelangi rasanya negeriku ini. Belum lagi akronim-akronim baru,  APD, OTG, ODP, PTG,  PSBB. Dan masih banyak lagi.

Seharusnya janganlah bikin aturan-aturan baru. Cukup terapkan yang sudah jelas. Jaga jarak. Pakai masker. Cuci tangan.  Jangan lupa makan yang bergizi dan cukup.  Toh obat sudah ada , yaitu terapi plasma konvalesens. Harusnya diperbanyak dan disebarkan ke seluruh rumah sakit di Indonesia. Apalagi saat ini angka kesembuhan penyakit ini sudah naik menjadi 30%. Yang artinya penyakit ini bisa disembuhkan. Stop narasi penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Dan selama menunggu vaksin ditemukan lebih baik perketat aturan yang sudah jelas. Jangan bikin aturan baru yang aneh-aneh.  Focus pada corona virusnya.