Wednesday 12 August 2020

Parit Mataram di Palmeriam dan Jendral Daendels

 

Jika kita ke Palmeriam Jakarta Timur, kita akan melihat sebuah parit berukuran sedang membujur dari selatan ke utara. Dalamnya sekitar 3 meter dan lebarnya 4 meter. Suasana disini asri dengan pepohonan yang rimbun di kiri kanannya. Saat ini parit ini berfungsi untuk menyalurkan air sungai Ciliwung jika sedang meluap. Parit ini dibangun oleh tentara Mataram saat menyerang Batavia. Mereka bermarkas disekitar Matraman saat ini. Sebuah penyerangan yang gagal dalam mengusir kompeni VOC saat diawal mereka berdiri.

Melihat lagi sejarah Indonesia sebetulnya menarik, banyak hal yang mungkin masih bisa digali dan dilihat kembali cerita dan asalnya.

Setelah raja Belanda kalah oleh Perancis dan kabur ke Inggris, Perancis atas perintah Napoleon Bonaparte pada tanggal 5 Juni 1806 mendirikan kerajaan boneka dengan rajanya Louis Napoleon (adik dari Napoleon Bonaparte). Sang raja kemudian mengirim Daendels untuk mengambil alih Indonesia, saat itu bernama Hindia Belanda.

Herman Willem Daendels adalah orang Belanda yang membelot ke Perancis, dan karena dia sangat percaya dengan semboyan dan perjuangan Napoleon Bonaparte.  Dia hampir ikut dalam setiap pertempuran yang dilakukan oleh Napoleon. Karenanya  Louis Napoleon percaya padanya. Tugas dia adalah merapihkan dan menyiapkan pulau Jawa dari serangan Inggris. Yang saat itu Inggris dan Perancis sedang bermusuhan.

“Pertahankan Jawa, berapapun harganya!” itu adalah perintah langsung dari Kaisar Napoleon I kepada menteri kelautan dan wilayah jajahan Perancis Admiral Decres.  

Begitu datang ke pulau Jawa, yang pertama dia lakukan adalah mengganti semua bendera Belanda dengan bendera Perancis. Kemudian mengganti semua pimpinan daerah jajahan sesuai keinginannya. Banyak didatangkan prajurit-prajurit Perancis ke Jawa dalam rangka persiapan menghadapi serangan Inggris.  Daendels membangun jalan dari Anyer sampai Panarukan agar semua jalur distribusi tentara dan amunisinya bisa cepat dan tersedia di seluruh pulau Jawa. Dan untuk di daerah Batavia dia membongkar kastil Batavia agar tidak dijadikan markas pasukan jika datang ke Batavia. Kemudian Dia membangun sebuah kota militer dengan benteng pertahanan yang kokoh dan luas di tanah bekas Prajurit Mataram tahun 1629 bermarkas saat menyerang Batavia. Batasnya kira-kira dari jalan Matraman sampai jalan Otista 1 di Jakarta Timur saat ini. Disini juga dibangun sekolah militer.

Benteng pertahanan ini di perkuat dengan puluhan meriam yang dipasang di daerah Palmeriam saat ini. Benteng itu memiliki 7 gerbang pintu masuk. Di daerah gang Bunga saat ini dibangun bunker yang berisi berton-ton mesiu dan ribuan peluru.  Daendels menyebut itu kubu pertahanan nomor 4. Sedangkan benteng nomor 3 dan nomor 2 adalah sisi timur dari benteng itu. Satu benteng berisi 20 meriam. Total semua ada 280 meriam. Parit pertahanan yang dibangun prajurit Mataram sebelumnya diperdalam lagi menjadi  3 meter dan lebarnya 4 meter,  anehnya   parit pertahanan ini ada di dalam benteng.

Semuanya sudah dipersiapkan dengan matang selama 3 tahun sampai duit pemerintah kering kerontang,  akibatnya dia harus cari duit dengan cara lain. Segala cara dia tempuh dari kerja rodi, menaikan pajak sampai korupsi dia lakukan, akibatnya begitu ketahuan dia ditangkap.  Ceritanya Dia membeli tanah di Bogor untuk kemudian membangun istana Bogor. Setelah jadi dia jual lagi ke pemerintah, kemudian tanah disekitar istana dia jual kepada pengusaha Cina. Oleh pemerintah pusat di eropa hal ini dianggap korupsi sehingga dia ditangkap dan dicopot dari jabatannya. Namun versi lain mengatakan bahwa dia dipanggil karena Napoleon memerlukan dia. Apapun itu Sang jendral galak pulang ke eropa sebagai tahanan,  dan meninggalkan semua rencana dan strategi pertahanannya.   Daendels hanya berada di Jawa 3 tahun, yaitu tahun 1808 sampai 1811. Dia dibenci  Belanda namun disayangi Perancis.

Penggantinya adalah Jendral Jan William Jenssen. Seorang yang ternyata sangat dikenal Inggris karena pernah bertempur melawan Inggris di Benua Afrika empat tahun sebelumnya. Dan kalah.  Sehingga membuat nafsu inggris merebut Jawa makin menggebu-gebu.

Ketika 100 kapal laut dengan 12 ribu pasukan Inggris mendarat di Cilincing pada tanggal 4 agustus 1811, tidak ada perlawanan sama sekali dari Belanda.  Bahkan ketika pasukan ini bergerak langsung menuju Batavia dan membangun tenda di depan gedung Fatahillah semua berjalan dengan sangat lancar. Kota tua dengan mudah dikuasai Inggris karena semua tentara Belanda ditarik ke Jatinegara.

Taktik Janssen adalah melemahkan pasukan Inggris dengan tidak menyediakan air. Semua gudang perbekalan dibumi hangus, pipa air bersih dihancurkan. Penduduk kota tidak boleh menyimpan air lebih dari 1 botol. Namun semua sia-sia. Begitu gudang-gudang kosong tanpa penjagaan, maka penduduk Batavia menjarahnya.

Tanggal 12 agustus 1811, terjadi pertempuran seru antara Inggris melawan Belanda, Perancis dan Bugis di Struiswijk atau paseban sekarang. Lagi seru-serunya bertempur disini tiba-tiba pimpinan Belanda malah menarik mundur pasukannya ke Jatinegara.  Sehingga membuat heran pasukan Inggris.  Dari pertempuran disini  pasukan Inggris mendapatkan air dan logistik yang ditinggalkan pasukan musuh juga lokasi gambir yang bersih dan bebas penyakit.   


Inggris mulai menyerang lagi lewat sisi timur benteng, tepatnya di jalan Kayumanis 10 saat ini, saat itu subuh tanggal 26 Agustus 1811. Alasannya karena posisi benteng ini  lebih mudah diserang daripada lewat sebelah barat, yaitu tebing sungai Ciliwung yang tinggi dan curam. Dengan membawa  2000 prajurit benteng nomor 3 dengan mudah direbut,  pasukan Pernacis yang ada disitu kocar-kacir dan ketika menyerbu ke benteng nomor 4 sebuah ledakan besar terjadi. JELEGARRRR.

Ternyata 2 perwira Belanda mengorbankan dirinya dengan meledakan gudang mesiu yang berisi penuh mesiu dan peluru.  Akibatnya, mayat tentara Inggris berterbangan, 150 orang pasukan Inggris langsung gugur. Tetapi ternyata pasukan Belanda-Perancis juga malah ikut mati semua. Selesai sudah perangnya, Inggris menang dan berhasil menghancurkan benteng ini. Sisa pasukan Belanda-Perancis langsung melarikan diri ke Bogor. 

Saat ini tidak ada bekas pertempuran disitu, semua sisa-sisa  Benteng lenyap. Depo tempat ledakan gudang mesiu yang bertempat di Jl. KH.Ahmad dahlan saat ini dulunya diberi nama jalan solitude juga hilang. Karena kesunyian yang ditimbulkan akibat serunya perang besar itu. Kemudian penamaan rawabangke di Jatinegara adalah akibat adanya ratusan mayat  tentara Inggris, belanda, Perancis yang dikumpulkan disitu. Bergelimpangan dan bertumpuk di rawa-rawa saat itu.

Janssens melarikan diri ke Semarang dengan membawa berpeti-peti harta karun belanda yang rencananya untuk membeli pasukan. Namun uang itu tidak cukup karena emas pemerintah Hindia belanda sudah lebih dulu habis buat persiapan perangnya Daendels. Akhirnya di bulan September dia menyerah di Tuntang Salatiga.    Total sekitar 6000 orang prajurit Perancis yang dibawa Daendels dari Perancis gugur dalam pertempuran melawan Inggris di jawa.

Saat ini parit peninggalan prajurit Mataram di Palmeriam masih ada dan berfungsi baik. Semenjak dirubah bentuknya oleh Fauzi Bowo parit yang lebar dan dalam ini menjadi kecil dan aneh bentuknya.  Pemukiman disekitar parit ini padat dan sempit. Namun suasananya adem dan tentram dengan pepohonan yang rindang dan tinggi. Pohon angsana disini tumbuh subur dan rimbun. Sebuah oase di tengah panasnya kota Jakarta. Meriam yang dulu katanya sangat banyak disini sudah hilang ditelan waktu.

 

SUMBER

KOMPAS.COM

NATIONALGEOGRAPHIC.GRID.ID

MAJALAH.TEMPO.CO

ACADEMIA.EDU

Perang Napoleon di jawa 1811 oleh Jean Rocher


No comments:

Post a Comment