Monday, 17 October 2011

Beruang Madu dan Balikpapan


Ingat beruang madu maka langsung ingat Winny the pooh. Beruang kecil yang suka madu. Betuknya yang lucu dan polos maka akan langsung terpikir di kepala. Pada kenyataannya beruang memang mirip Winny the pooh. Kecuali beruang madu dari Kalimantan (Borneo). Karena Beruang madu yang ada di Pulau Borneo merupakan yang paling kecil dan kemungkinan dapat digolongkan sebagai sub-jenis (sub-species) dengan nama H.malayanus eurispylus. Mereka lebih kecil dan bulunya hitam.

Nama Ilmiah: Helarctos malayanus
Nama Inggeris: “Malayan Sun Bear” atau “Sun Bear”

Beruang madu merupakan satwa asli Balikpapan dan masih ada populasi asli yang
bertahan di Hutan Lindung Sungai Wain. Beruang Madu mempunyai penciuman yang sangat tajam sehingga dapat cium bekas injakan satwa lain maupun manusia. Pengelihatan diduga biasa saja sedangkan pendengarannya cukup peka. Beruang madu mempunyai tubuh dan stamina yang kuat dan sifat “pantang mundur” apabila dalam keadaan terancam
atau terkaget seperti halnya apabila terjerat. Maka timbul persepsi di masyarakat
bahwa beruang madu merupakan binatang “buas”, padahal di alam dia akan selalu
berusaha menghindari konflik kecuali terancam atau terganggu. Observasi beruang
di alam menunjukan bahwa beruang adalah satwa yang cerdas, lincah dan mengajubkan.

Yang paling sering ditemui di hutan adalah betina dengan anaknya. Hampir semua
laporan tentang kelompok beruang menyangkut kelompok betina dan anaknya. Ada
beberapa laporan bahwa beruang madu dapat mengumpul dekat pohon buah dimana buah sedang melimpah. Hampir setiap jam dari fajar sampai petang dimanfaatkan untuk mencari makanan baik di tanah maupun di atas pohon, terkecuali satu atau dua jam istirahat siang apabila panas. Pada umumnya beruang madu tidur pada malam hari di atas atau di dalam batang kayu roboh, atau terkadang di sarang yang di buat di atas pohon. Jenis beruang ini tidak memerlukan “tidur panjang pada musim dingin” atau hibernasi dikarenakan makanannya tersedia sepanjang tahun di habitat tropisnya. Penilitian jangka panjang pertama di dunia terhadap beruang madu di alam yang dilakukan di Hutan Lindung Sungai Wain, Balikpapan, Kalimantan Timur, menunjukkan bahwa rata-rata seekor beruang betina memerlukan wilayah jelajah tidak kurang dari 500 Ha untuk hidup dalam setahun. Sedangkan diperkirakan bahwa beruang madu jantan memerlukan wilayah jelajah sekitar 1,500 Ha per tahun.

Sejak dasawarsa enam puluhan hingga sembilan puluhan Hutan Lindung Sungai Wain terancam oleh penebangan liar dan perambahan, dan pada tahun 1998 hampir dimusnahkan kebakaran hutan yang luar biasa. Namun zona inti hutan lindung tersebut berhasil diselamatkan berkat kerja keras peneliti hutan berkerjasama dengan masyarakat sekitar. Dengan dibentuknya Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Wain pada tahun 2001, Kota Balikpapan mengambil alih pengelolaan Hutan Lindung Sungai Wain, dan sejak tahun 2002 semua kegiatan pengrusakan seperti penebangan, perambahan dan pembakaran Hutan Lindung Sungai Wain berhasil dikendalikan sehingga masa depan HL Sungai Wain serta populasi beruang madunya menjadi cukup cerah.

Penelitian pertama di dunia tentang beruang madu di alam dimulai pada tahun 1997 di Hutan Lindung Sungai Wain oleh peneliti asal Belanda, Gabriella Fredriksson dan berlangsung hingga 2004. Sebelumnya perilaku beruang madu di alam, pola dan jenis makanannya, tanda-tanda keberadaannya dan peran penting di dalam hutan tidak diketahui dengan pasti.

Kota Balikpapan mempunyai ikatan khusus dengan beruang madu. Lebih dari itu, penampilan beruang madu yang kekar, bersih,cantik, kuat tetapi lincah, dan sifatnya yang mandiri, cerdas dan “pantang mundur” merupakan ciri-ciri yang tersirat di Kota Balikpapan.

No comments:

Post a Comment