Tuesday, 20 March 2012

asal usul nama tempat di Luwu Timur (1)

dataran tinggi di wawondula:  hijau namun gersang


Banyak wilayah di Luwu timur ternyata diambil dan dinamakan berdasarkan kejadian yang menimpa wilayah ini ratusan tahun yang lalu. Umumnya ketika masa kerajaan Matano dan juga ketika disana masih ada danau yang belum diberi nama namun keburu hilang karena gempa bumi dashyat yang menyebabkan hilangnya air dan terbentuknya daratan.

Ledu-Ledu yang berarti Goyang.

Ketika itu dataran tinggi Weula ini Masih menjadi danau, kalau kita perkirakan kurang lebih luasnya hampir sama dengan danau Mahalona, ketika itu terjadi suatu peristiwa alam yaitu gempa bumi yang sangat dahsyat, bayangkan menurut cerita orang2 tua dulu bahwa orang-orang yang sementara duduk pun termuntah-muntah akibat dahsyatnya goncangan tersebut, gunung ledu-ledu yang berada di dekat Tabarano berguncang seperti rak piring, batu-batu yang ada di gunung itu terguling sehingga gunung tersebut di beri nama Gunung Ledu-Ledu yang berarti Goyang.

Tabarano berarti Terbelah

Selanjutnya masih akibat goncangan gempa, daerah yang berada di Tabarano sekarang terbelah dua sehingga air yang ada di dalam danau tersebut mengalir keluar sampai akhirnya mengering, dan keluar melalui belahan tanah tersebut, sehingga tempat tersebut dinamakan Teborano, sekarang berubah menjadi Tabarano yang berasal dari bahasa Matano yaitu Tebora berarti Terbelah (tempat terbelah).

Lioka berarti masuk dalam tanah

air danau itu mengalir keluar lewat tanah terbelah itu dan sampai di Lioka air tersebut masuk dalam tanah, oleh sebab itu dinamakan Lioka karena dalam bahasa Matano yaitu Lioka berarti masuk dalam tanah.

Air yang mengenangi danau tersebut keluar di tiga jurusan yaitu di Tabarano, Towaki (togo) dan jurusan Tetebela (wita Tebeta) yang berarti tanah yang runtuh, semuanya karena akibat gempa bumi dan akhirnya keringlah danau tersebut yang kemudian menjelam menjadi daerah yang luas tempat pemukiman yang disebut dataran tinggi Weula.

Perlu diketahui bahwa suku yang menguasai daerah ini sejak zaman prasejarah ialah Mokole Matano dan To Routa kedua etnis ini tidak dapat terpisahkan, kemudian menyusul suku To Weula, To Karonsi’e, To Kondre, To Taipa, To Tambe’e dan To Padoe, etnis yang paling terakhir masuk dalam wilayah kekuasaan Mokole Matano adalah Suku To Padoe.

Jadi selanjutnya sebelum danau tadi kering, tempat-tempat yang di diami orang sebelumnya hanya tinggal diatas ketinggian seperti Ledu-ledu, Lembo Longa, Seriki dan To Karonsi’e, yang paling banyak dan paling luas daerah yang dikuasai oleh To weula bersama orang Routa dan sisanya orang Karonsi’e, jadi etnis suku Padoe ketika itu belum masuk di daerah ini.

Suku Padoe datang kemudian dan meminta izin kepada yang punya Matano dan To Weula diminta untuk menyerahkan sebagian daerah yang terlalu banyak di kuasainya, akhirnya To Weula menyerahkan daerah Tabarano, Lioka dan Parahua, akan tetapi ketika Opu Andi Halu menjadi Mokole Matano, beliau memerintahkan kepada orang Padoe tinggal dan pindah ke Wawondula karena mereka di minta untuk menjaga Langkea (tempat perbaruan Raja) Mokole di Langkea dan Salu Balaba. Padoe sekarang bertempat tinggal didaerah Matompi, Wawondula, Lioka, Tabarano, Tawaki, Tetenona, Kawata.

Cerita Asal Mula Sorowako

Orang-orang Sorowako berasal dari Sakita, Sulawesi Tengah. Dipimpin oleh Tosalili, orang-orang Sakita ini menemukan daerah baru yang kemudian diberi nama Helai. Daerah tersebut terkenal subur. Kesuburan inilah yang membuat daerah ini tidak aman. Banyak suku-suku lain ingin menguasai daerah tersebut. Hingga suatu saat, penduduk Helai diserang oleh musuh pada malam hari. Mereka kewalahan. Akhirnya To Salili bersama penduduk Helai lainnya melarikan diri mencari tempat pemukiman baru. yang berhasil selamat hanyalah tiga orang yakni Wita, Lamoha, dan Rowo. Mereka pun bersampan mencari daerah yang aman. berperahu melewati danau dan masuk ke muara sungai Laa Wewu (sungai yang keruh). Tidak beberapa lama anjing yang menyertai mereka menggonggong ke arah semak-semak. Kemudian Opu menunjuk ke pohon yang tumbuh di antara semak-semak tersebut dan bertanya pada Tosalili.
„Apakah kamu tahu nama pohon itu?“ Tosalili menjawab bahwa dirinya tidak tahu. Kemudian Opu berkata,”Aku tahu. Pohon itu disebut serewako.“
Tidak beberapa lama kemudian, anjing mereka menangkap seekor rusa di semak-semak. “Ini adalah pertanda baik”, kata Opu. “Sebaiknya kamu membangun rumah di sini.“ lanjutnya. Tosalili menyetujuinya. Mereka berdua kemudian menanam pasak dari cabang pohon serewako. Tak hanya itu, Opu Bintao Wita juga menyarankan Tosalili membangun rumah di tepi sungai yang lain.

Di situ pula mereka menemukan lewe serewako (daun serewako) yang dianggap sebagai pertanda baik untuk membangun tempat tinggal. Lamoha pun kemudian mengambil tondoho (tempat menempa besi) dan menjatuhkannya ke sungai sebagai tanda mereka akan menempati daerah tersebut.



*** berdasarkan Informasi dari para tetuah (Lontara Matano) dan berbagai artikel, semoga naskah ini bisa dijadikan referensi yang baru dalam pengembangan konsep Budaya dan Pariwisata.

6 comments:

  1. Suku Padoe datang kemudian dan meminta izin kepada yang punya Matano dan To Weula diminta untuk menyerahkan sebagian daerah yang terlalu banyak di kuasainya, akhirnya To Weula menyerahkan daerah Tabarano, Lioka dan Parahua, akan tetapi ketika Opu Andi Halu menjadi Mokole Matano, beliau memerintahkan kepada orang Padoe tinggal dan pindah ke Wawondula karena mereka di minta untuk menjaga Langkea (tempat perbaruan Raja) Mokole di Langkea dan Salu Balaba ... Kalau memang dulu benar Langkea itu tempat perbaruan Raja kenapa situs2nya tdk ada ... atau ini cerita bohong belaka ...

    ReplyDelete
  2. Soroako berasal dari kata mesoro-soro ako, atau mundur ke lokasi yang sekarang. Yang kemudian disebut soroako.

    Usahakan bicara sejarah selalu dengan niat menegakkan kebenaran bukan menciptakan sejarah subyektif dengan berdusta untuk mengangkat suatu pihak tertentu

    ReplyDelete
  3. Soroako itu penamaan yg d berikan oleh To Rongkong..yg berikrar Soro Ako.. jgn mundur/ pertahankan wilayah ini dr musuh..sehingga dgn peperangan sengit mysuh di kalahkan oleh org Rongkong dr ditulah wilayah itu d nmkan SOROAKO bkn Sorowako... bgt Juga nm TAWAKI berarti Punyata ( Rongkong dan bukti sampai skrg yg diami wilayah itu Orang Rongkong) jadi tlg jgn belokkan sejarah...

    ReplyDelete
  4. Soroako itu penamaan yg d berikan oleh To Rongkong..yg berikrar Soro Ako.. jgn mundur/ pertahankan wilayah ini dr musuh..sehingga dgn peperangan sengit mysuh di kalahkan oleh org Rongkong dr ditulah wilayah itu d nmkan SOROAKO bkn Sorowako... bgt Juga nm TAWAKI berarti Punyata ( Rongkong dan bukti sampai skrg yg diami wilayah itu Orang Rongkong) jadi tlg jgn belokkan sejarah...

    ReplyDelete
  5. Jika ingin mengetahui penduduk asli suatu daerah...lihat pendudukx,bahasax,yg mayoritas....orang asli di sorowako itu TO WEULA...bukan karna bahasa ini..bahasa itu...kalau ada yg bilang dari sakita sulteng tidak apa2 cuma jangan lupa berarti itu pendatang.....

    ReplyDelete