Tuesday, 7 August 2012

Bunga adalah bunga : sebuah refleksi hidup ketika waktu memperlihatkan kuasanya

Pemandangan alam di Kota Sidenreng Rappang. Sawah sehabis panen raya dan pegunungan yang gundul membuat cuaca panas dan sangat lembab. 

******* bunga adalah bunga *******

Air putih jernih menggenapkan segar pada dada pada rasa
perlahan namun jadi menumbuhkan anggrek dengan 5 kelopak warna ungu
tembus keluar dari dada sebelah kiri
warnanya yang pilu menyedot mata kata
menghapus arti tega
dan menggantikannya dengan sentuhan dingin
"Masihkah kau bernyanyi dan terenyum setelah engkau dikecewakan hidup?"
"Masihkan engkau berdiri setelah jatuh berguling-guling akibat ditendang dari belakang?"
"Apakah kau masih punya harga diri setelah dipermalukan?"

Bunga adalah bunga
yang akan menebarkan wangi miliknya
tak mungkin mawar seharum kenanga
tak mungkin bangkai semerbak tanah yang baru disiram hujan

Malam yang gelap diterangi bintang
siang yang terang dinaungi matahari, digelapi awan
awal akhir, besar kecil, jelek bagus
itulah jawaban akan semua prilaku orang
tidak ada yang sempurna

Lebih baik jadi orang baik
tidak ada sesal
tidak banyak dosa
mendekati sempurna lebih bagus
alangkah sayangnya hidup jika hanya untuk menjadi jelek
betapa sia-sianya hidup jika mampu membuat istimewa namun dilewatkan

********

Kita hidup menjalani hari demi hari. terasa berat bagi mereka yang miskin dan selalu menahan lapar dari hari demi hari. Walau Indonesia terlihat jaya ekonominya di mata dunia. Dengan pertumbuhan orang kaya yang setiap hari terlihat dari jumlah mobil dan kendaraan mewah yang berjejal di jalanan ibu kota. Namun melihat teman-temanku yang semakin kurus tak terurus. Semakin kuyu di kelopak matanya dan semakin menipisnya semangat hidup mereka rasanya ironi. Menyedihkan dan memilukan.

Mereka yang dulunya jaya dan sekarang terlunta-lunta dijalan. Mereka yang dulunya dipuja dan dijadikan contoh dan panutan hidup sekarang jadi pesakitan di ruang interogasi semakin sering kutemui di televisi. Waktu memperlihatkan kuasanya.

Anak-anak muda penjambret dan pencuri yang digebukin dan di bakar banyak ditemui di kota-kota di Indonesia. Ibu-ibu yang menggelar tikar dan memangku bayinya di kolong jembatan cawang setiap siang semakin bertambah. Nenek tua renta yang berkeliling membawa cangkir kosong dan menadahkan tangannya di setiap pagi.

semua itu adalah yang aku temui setiap hari. Menggedor dada ini. Seakan bertanya  kenapa kami jadi begini?
Mengapa kau biarkan kami jadi orang gila?
Mengapa kau biarkan kami jadi pengemis?

********
Namun itulah hidup. Menyerah lalu mati. Atau terus berjuang mempertahankan nyawa yang cuma satu. Beramal untuk nanti atau untuk hati. Kita tidak peduli. Yang penting masih ada yang berbaik hati mengulurkan bantuan untuk melalui hari ini.

Berbuat baik dan menjadi baik adalah proses yang selalu terjadi berulang-ulang. Jangan pernah bosan. setiap jalan selalu ada persimpangan. arah mana yang kita ambil akan membawa konsekuensinya sendiri. Dan jika Allah berbaik hati maka kita akan kembali ke persimpangan itu lagi. Itu adalah tanda Dia maha Pengampun , Maha pemurah. Memberi kita jalan yang benar untuk kembali padaNya.

No comments:

Post a Comment