KEPADA SANG PRESIDEN
KEPADA SANG PRESIDEN
presiden, kami tahu bahwa janjimu adalah mensejahterakan rakyat, mengayomi semua kepentingan rakyat
dan itu semua kau janjikan tiap menjelang pemilu.
kami sadar, kami hanya sekrup sekrup kecil yang kau gunakan untuk menegakkan tubuhmu yang gagah.
maka kau lumasi kami dengan semua janji
kami tahu kami hanya sekumpulan orang bodoh yang buta
buta politik, buta huruf, buta tekhnologi, buta ilmu
karena kami begitu miskinnya untuk bisa berfikir lebih, bahwa apa yang
berharga dari semua adalah apa yang bisa membuat kami kenyang
sekeluarga.
kami tahu kamu adalah orang yang terhormat
tapi apakah yang membuatmu terhormat jika bukan kami yang mengmahkotaimu
bagaimana kau bisa terhormat sementara kami kau biarkan kehilangan kehormatan.
kami kehilangan kehormatan dijalan jalan
kami kehilangan kehormatan dirumah makan
kami kehilangan kehormatan dilembaga pendidikan
kami kehilangan kehormatan ditempat kerja
kami kehilangan kehormatan ditempat ibadah
kami kehilangan kehormatan didepan apa yang kami anggap benar.
kami kehilangan kehormatan kami dinegeri kami sendiri.
presiden kami tahu kamu bukanlah dewa
tapi bagaimana bisa kau yang terpilih dari jutaan manusia pilihan akan
bersifat , berperilaku dan bertindak sama dari orang kebanyakan.
jika kau merasa sama dengan orang kebanyakan kau telah turun dari langit kepemimpinan
kami memang tak butuh dewa dewa, kami butuh seseorang yang kami percaya
mewakili dan membela keadilan, hak hak kami yang terbuang.
apa guna seseorang apabila dirinya tak berharga bagi sesama?
apa guna seorang presiden jika tak tahu jerit rakyatnya?
jika hanya sekedar bisa menaikkan harga harga
jika hanya sekedar bisa membuat peraturan yang membela kepentingan penguasa
jika hanya membela mereka yang kuat
jika hanya bisa menyalahkan mereka yang lemah
jika hanya bisa memelintir hukum
jika hanya bisa membela kepentingan pemodal asing
jika hanya bisa menjual aset anak cucu kita
jika hanya bisa berjanji menegakkan keadilan
]jika hanya bisa berjanji bla bla bla bla...
untuk apa kau dipilih sebagai perwakilan amanat kami ?
kau orang yang luar biasa
bukan hanya hamba hamba pemodal
engkau orang yang luar biasa
bukan hanya menyengsarakan kepentingan rakyat
kau orang yang luar biasa
bukan hanya membela kepentingan politik partai dan keluarga.
kau orang yang luar biasa
bukan bertindah bodoh akan tekanan dari luar
kami bermimpi dari apa yang pernah dimimpikan sebuah zaman
akan pemimpin yang adil, pemimpin yang memihak rakyatnya, pemimpin yang
mengayomi, pemimpin yang berani bukan pemimpin yang lembek dan
bermental kerupuk.
presiden, kami tahu kau punya seribu telinga
tapi kami hanya butuh dua telinga saja yang bisa mendengar jeritan mereka yang terlunta dan dimiskinkan sistem neraka.
presiden, kita adalah bangsa yang besar... bangsa yang besar hutang hutangnya.
presiden, kita adalah bangsa yang kaya... kaya akan pemiskinan martabat kemanusiaan
presiden, kita adalah bangsa yang berbudaya... berbudaya kolusi, korupsi, nepotisme
presiden kita adalah bangsa merdeka... merdeka menghamba pada kepentingan pemodal dan kepentingan asing
presiden, kita adalah bangsa yang beragama... beragama bagi golongan yang kuat.
presiden kita adalah bangsa yang luhur... luhur membela partai politik dan kepentingannya.
presiden, kita adalah banga yang pandai...tetapi hanya pandai berdusta.
presiden , tak perlu kau membuat kokoh pagar istana
kau tak perlu deretan militer dan senjata senjata jika kami yang datang mengunjungimu.
lalu mengapa kau pukuli para mahasiswa dijalanana
kau biarkan suara buruh yang menuntut hak kenaikan gaji
kau masukkan penjara mereka mereka yang mengingatkan...
kau biarkan meraka yang diperantauan kehilangan hak kemanusiaannya?
kami melihatmu berpidato dalam televisi
tapi tak ada suara kami
kami melihatmu bersendagurau bersama keluarga
tapi itu bukan senda gurauan keluarga kami
kami melihatmu bergitar dan menyanyi
tapi itu bukan lagu dan musik yang kami mainkan
kami melihatmu berdiam didalam istana
tapi itu bukanlah istana kami
tapi apakah ada rasa malu dalam hatimu
jika semua sudah merasa berbeda
apakah pantas kau mengganggap dirimu presiden kami?
karena presiden kami bukanlah seorang bayi yang suka berjanji, tetapi masih suka ngompol dan berak dicelananya sendiri.
jogja, 26 maret 2012
No comments:
Post a Comment