Tuesday, 16 August 2011
Garut dan Toraja
Melihat Indonesia dari garut dan toraja benar benar menarik. Sebetulnya jika ditarik garis lurus ini tidak nyambung. Tetapi ada benang merah nya. Walau tipis. Kedua wilayah ini sudah terkenal luas di masyarakat. Garut dengan dombanya, Toraja dengan kubur batunya. Ada kesamaan yang penulis jumpai di daerah ini yaitu wilayah yang sangat luas dan tersembunyi. Indah dilihat tapi disentuh jangan. Bisa-bisa masuk jurang..
Garut walaupun ada di pulau jawa masih mempunyai daerah yg tersembunyi. Dengan 5 gunungnya adalah daerah yang sangat khas priangan. Pemandangan disini sangat indah. Seperti lukisan Mooi indie banget.. Hutan hijau yang mulai gundul disana sini, gunung yang mulai dilingkari ladang, sawah yang menyebar dan sungai-sungai yg mulai kehilangan sumber airnya. Belum lagi jurang dan tanjakan terjalnya. Membuat bentang alam Garut yang sangat luas susah dicapainya.
Karena dataran dan cekungan antar gunung berbentuk tapal kuda membuka ke arah utara. Selain itu adanya rangkaian-rangkaian gunung api aktif yang mengelilingi dataran dan cekungan antar gunung, seperti komplek G. Guntur - G. Haruman - G. Kamojang di sebelah barat, G. Papandayan - G. Cikuray di sebelah selatan tenggara, dan G. Cikuray - G. Talagabodas - G. Galunggung di sebelah timur membuat daerah ini makin sulit dikembangkan. Belum lagi ke daerah Garut sebelah Selatan yang terdiri dari dataran dan hamparan pesisir pantai dengan garis pantai sepanjang 80 Km. Terus melingkar ke atas kea rah Pangalengan Bandung.
Jalan darat menuju garut kota saat ini lewat utara (Bandung) sudah mulai bagus dan lebar. Mungkin karena termasuk jalur mudik dan jalur pariwisata ke Pameupuek. Jika dari Jakarta hendak ke sana kita bisa santai. Tetapi jika lewat Pangalengan, jangan harap tenang. Menyusuri punggung gunung dengan jurang tajam dipinggir jalannya. Belum lagi longsoran tanah jika hujan turun. Bisa-bisa kita bermalam disana. Jangan harap lampu penerang jalan karena jalannya aja belum tentu nyambung. Bisa aja ada yang putus karena longsor.
Sedangkan Toraja di Sulawesi Selatan. Lokasi ini juga mempunyai karakteristik tanah dan jalan darat seperti di Garut. Pemandangan alamnya sangat khas dan memukau. Gunung menjulang tinggi, tebing tebing curam, hutan pekat dan lereng-lerengnya yang khas yang tidak ada di daerah lain. Semua itu membuatnya tersembunyi. Susah untuk dijangkau . sejak abad ke-17 Belanda menancapkan kekuasaan perdagangan dan politik di Sulawesi baru duaratus tahun kemudian mereka masuk ke Toraja karena sulitnya kesana .
Namun yang membedakan adalah lokasi ini sudah terkenal ke seluruh dunia karena kuburan batunya ini. Terletak di daerah pegunungan dan dihuni oleh suku Toraja, Toraja memperlihatkan gaya hidup yang khas dan masih menujukan gaya hidup Austronesia yang asli dan mirip dengan budaya Nias. Bahkan sebelum ada Pemerintahan Kabupaten Tana Toraja, masing-masing desa melakukan pemerintahannya sendiri. Dalam situasi tertentu, ketika satu keluarga Toraja tidak bisa menangani masalah mereka sendiri, beberapa desa biasanya membentuk kelompok; kadang-kadang, beberapa desa akan bersatu melawan desa-desa lain .
Saat ini jika ingin jalan yang lebar dan bagus kita bisa lewat utara (Enrekang). Dan rute ini yang paling sering dipakai oleh turis-turis. Sedangkan jika lewat Palopo. Wuih.. Jangan harap tenang dijalan. Hampir sama terjal dan beratnya dengan jalan di Garut bagian selatan lewat Pangalengan. Masalahnya pun sama. Longsor bisa menimpa kapan saja. Hujan ataupun tidak. Jika jalan tertutup. Bisa pulang lagi ke rumah. Atau menunggu jalan dibuka lagi dengan buldozer.
Pembangunan Indonesia memang tidak merata. Ambil hikmahnya saja. Biarkan wilayah yg baik dan mudah dijangkau berkembang , mudah-mudahan rakyat di daerah yg susah dijangkau bisa mengurus dirinya sendiri.. Di pulau jawa saja masih ada jalan propinsi yang hancur dan diabaikan, gimana di luar pulau jawa..
Labels:
Journey to Celebes,
opini
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment